Ada
pepatah lama yang berbunyi: Rajin pangkal kaya dan malas pangkal miskin.
Pepatah ini merupakan sebuah pengukuhan atas pengalaman hidup manusia, yakni
bahwa orang yang rajin bekerja dan berkreasi pasti hidupnya akan berkelimpahan,
sebaliknya orang yang malas berpikir, bekerja dan melakukan sesuatu hidupnya
akan dirundung pelbagai kekurangan dan mereka hidup miskin. Sebagaian besar
kemiskinan terjadi di negeri ini karena banyak orang malas berpikir, berkreasi
dan bekerja. Dilihat dari sumber daya alamnya negeri ini sesungguhnya negeri
yang terdiri dari susu dan madu, seperti kata KItab Suci, tetapi sayangnya madu
dan susunya hanya diolah oleh mereka yang rajin bekerja sehingga hanya mereka
itu saja yang mendapatkan rejeki berlimpah.
Sementara
itu di pihak lain kita menyaksikan kenyataan ada begitu banyak orang lain yang
memperoleh harta benda dengan lidah dusta, mereka suka menipu takaran, harga
atau dengan mencuri dan melakukan korupsi. Kata penulis Amsal mereka ini adalah
kaum fasik yang tidak menaruh belaskasihan kepada sesamanya. Ketika Yang Mahaadil
mengawasi rumah mereka dan mereka terperangkap dalam operasi tangkap tangan
maka penjara-penjara menjadi penuh oleh para fasik ini (bdk Ams 21:1-16.10-13)
Bagaimana
agar hidup ini bisa mendatangakan berkat bagi diri sendiri dan sesama. Injil
hari ini menceritakan tentang sikap Yesus terhadap orang-orang yang mengalihkan perhatiannya kepada ibu dan
sanak keluarganya. Ketika Yesus sedang mengajar mereka mengalihkan
perhatian-Nya kepada kunjungan ibu dan para kenalan-Nya. Gangguan itu
dipakai-Nya sebagai kesempatan untuk mengingatkan kita akan pentingnya
persaudaraan yang dijalin atas dasar ketaatan kepada sabda Allah. “Ibu-Ku dan saudara-saudari-Ku adalah
mereka yang mendengarkan sabda Allah dan melakukannya”, sebab Kerajaan-Nya
akan menampung orang-orang yang taat dan setia pada firman Allah bukannya
mereka orang yang memiliki privilese tertentu karena hubungan darah, keluarga
dsb (bdk Luk 8:19-21)
Allah
suka pada orang-orang yang sanggup mewujudkan kerajaan-Nya dalam pelbagai
partisipasi aktip untuk membangun kemajuan dan keselamatan semua orang. Allah berpihak
kuat pada mereka yang rajin bekerja dan rela berkorban guna memajukan hidupnya sendiri
dan sesama serta anggup memberi nafkah kepada yang lapar dan haus. Orang yang
rajin adalah orang-orang yang mampu memanfaatkan potensinya untuk memajukan
dunia sehingga susu dan madu yang telah disediakan Allah dalam kekayaan alam
ciptaan-Nya dapat dimanfaatkan sehingga pelayanan kita bisa menjangkau dunia
dan kita boleh memberi makan kepada semua orang yang memerlukan pelayanan kita
rohani maupun jasmani.