Saat
membaca teks Injil hari ini, saya tertarik merenungkan kalimat pada judul
renungan ini: Orang berduyun-duyun mengiktui Yesus! Mengapa? Saya teringat akan
masa kecil saya sebagai anak sekolah dasar. Pada masa itu jumlah pastor sangat
kurang. Wilayah paroki sangat luas dan jadwal kunjungan pastor ke stasi-stasi
hanya 2 sekali setahun atau paling banyak 3 kali. Saking langkahnya jadwal kunjungan
itu, maka bila pastor datang maka kami sebagai anak, suka berbondong-bondong
menjemput kedatangannya atau berbondong-bondong juga mengikutinya bila dia
pergi ke pinggir pantai sesudah melayani pengakuan dosa pada sore hari pertama
kunjungannya. Kami suka bertanya tentang segala macam hal saking ingin
mendengar ceritanya.
Begitulah
kira-kira situasi hidup pada zaman hadirnya Yesus Kristus di tengah bangsa
Israel. Yesus suka bercerita, berkotbah, sambil menyembuhkan yang sakit dan
mengusir setan-setan. Kotbah-Nya enak didengar dan mengagumkan. Tidak heran
kalau penginjil Lukas menulis, orang berbondong-bondong mengikuti Dia dalam
perjalanan-Nya. Di sini Lukas ingin mengatakan bahwa kehadiran Yesus sungguh
menampilkan kehadiran Allah yang membuat setiap orang terpesona lalu ingin melihat
dan mendengarkan Dia. Kisah ini mengingatkan kita akan kehadiran Allah di dalam
diri St. Yohanes Paulus II ketika ia menjabat sebagai Paus. Ke mana saja ia
berkunjung ke seluruh dunia ia diterima oleh ratusan ribu hingga jutaan umat
Kristiani dan non kristiani karena ia berhasil menampakkan wajah Allah yang
mempersona dalam kata dan tindakannya.
Meskipun
dalam pengajaran-Nya hari ini Yesus menyampaikan pendapat-Nya yang sangat
radikal dalam hubungan dengan panggilan tetapi karena Dia tetap menunjukkan
kehadiran Yang Ilahi dalam hidup dan penampilan-Nya, Ia tetap saja menjadi
idola bagi banyak orang terutama orang-orang kecil dan sederhana. Kekuatan
kata-kata-Nya menjadi sumber penghiburan bagi mereka semua dan kekuatan kuasa-Nya
menjadi sumber penyembuhan. Pastoral Yesus Kristus yang demikian sesungguhnya
menjadi pedoman utama bagi para murid-Nya serta orang-orang percaya pada zaman
ini, yaitu berusaha menampakkan wajah dan kuasa Allah yang mampu memberi penghiburan
dan penyembuhan bagi hati dan jiwa yang terluka serta raga yang letih dan
berbeban berat.
Penulis
kitab Kebijaksanaan memang sangat merindukan keadaan seperti ini, karena itu ia
mengatakan: “Sukar kami menerka apa yang
ada di bumi, dan dengan susah payah kami menemukan apa yang ada di tangan, tapi
siapa gerangan telah menyelami apa yang ada di sorga? Siapa gerangan sampai
mengenal kehendak-Mu, kalau Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan,
dan jika Roh Kudus-Mu dari atas tidak Kauutus?”. Hal ini hanya bisa terjadi
bila kita memiliki karunia kebijaksanaan serta karunia-karunia lainnya yang
berasal dari Roh Kudus. Kata Yesus dalam awal pewartaan-Nya: “Roh Tuhan ada
pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang” (Luk 4:18). Inilah kata-kata kunci yang menarik banyak orang berbondong-bondong
mengikuti Dia!