Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Senin, September 26, 2016

AYUB, JATUH TERTIMPA TANGGA !



Betapa banyak orang di jagat raya ini yang mengalami duka demi duka, seolah-olah sambung menyambung tiada hentinya. Entah itu terjadi pada orang beriman maupun pada orang yang tidak beriman, pada orang baik maupun pada orang jahat. Mala petaka itu datang kadang-kadang tidak pandang muka, terjadinya tak terduga. Misalnya: baru-baru ini 5 anak laki-laki SMK dari salah satu sekolah di Labuan Bajo, Komodo, Manggarai Barat, Flores, Indonesia sedang duduk di pinggir sebuah jembatan sambil makan mie. Tiba-tiba saja sebuah dumptruck tanpa muatan meluncur begitu cepat dari arah selatan menyambar ke 5 anak ini. Kelimanya mati di tempat dan ada jenasah yang terlempar ke dalam sungai. Siswa-siswa ini adalah anak-anak dari satu keluarga besar yang masih berhubungan keturunan darah keluarga satu sama lain. Keluarga-keluarga ini sungguh seperti jatuh dan tertimpa tangga. Tragis dan mengenaskan. Dari olah TKP (tempat kejadian perkara) mereka tidak bersalah sedikit pun sebab mereka berada di luar jalan. Tetapi mengapa bisa terjadi peristiwa seperti itu? Apakah Tuhan menghukum mereka atau keluarganya? Secara akal sehat tak bisa dijelaskan. Semuanya misteri. Memang, banyak kejadian serupa di dunia ini yang tak bisa dijelaskan. Sungguh-sungguh misteri!

Kitab Suci menjelaskan kepada kita kejadian-kejadian serupa dengan mengambil tokoh Ayub, seperti yang kita baca dalam pertama ekaristi hari ini. Ayub dan keluarganya paling kaya dan saleh dari antara keluarga lainnya. Meski demikian setan mengincar dia untuk dicobai. Menurut ceritanya, Tuhan mengizinkan setan mencobanya. Apa yang terjadi? Dalam tempo singkat segala kekayaannya hilang, anak-anaknya tewas karena dibunuh para musuhnya. Ia jatuh miskin dalam sekejap mata. Ayub sungguh jatuh seperti tertimpa tangga. Ia bukan saja kehilangan harta tetapi juga anak-anaknya (bdk Ayb 1:6-22). Tujuan pencobaan oleh setan supaya Ayub murtad, menjauh dari Tuhan dan tidak diselamatkan. Dari peristiwa ini kebenaran apa yang perlu kita pelajari?

1.       Allah tidak mencoba manusia. Allah tahu kelemahan manusia dan Allah tidak perlu mencoba anak-anaknya. Semua tulisan perjanjian lama mengatakan Allah mencoba manusia, demikianpun pikiran semua orang beriman. Tetapi sesungghnya itu hanya tafsiran para penulis Kitab Suci yang tidak mengerti tentang penyelenggaraan Ilahi.
2.       Allah mengizinkan setan untuk mencobai manusia, agar dari penderitaan itu manusia belajar tentang keterbatasannya, kerapuhannya dan tidak sombong lalu meremehkan peran Tuhan dalam hidupnya. Ayub memang tidak sombong tetapi dengan pencobaan ini dia belajar untuk semakin mengandalkan Tuhan dan semakin meneguhkan imannya.
3.       Setan tidak sanggup meruntuhkan iman Ayub (manusia) yang mengandalkan Tuhan dan yang setia pada Tuhan apa pun masalahnya.
4.       Melalui penderitaan manusia hendaknya manusia belajar percaya kepada Tuhan dan mengerti tentang misteri penderitaan Yesus Kristus untuk keselamatan manusia
5.       Melalui penderitaan manusia belajar mengambil bagian dalam penderitaan Kristus untuk menebus dosa dunia, dosanya sendiri dan sesama manusia.

Para murid, didorong oleh pikiran duniawi, bertengkar satu sama lain tentang kedudukan yang bakal diterima dari Tuhan Yesus jika Yesus membentuk kerajaan baru, menggantikan kekuasaan yang ada. Pikiran ini tentu lahir dari pandangan umum bahwa kalau mereka memiliki kedudukan tinggi, kekayaan dan kekuasaan, mereka akan hidup jaya, tanpa susah dan derita, sebagaimana yang mereka lihat pada pemerintahan yang ada saat itu. Mumpung mereka mengenal dan menjadi murid orang yang hebat seperti Yesus maka, dalam pikiran manusia, segala kuasa di bumi ini akan diserahkan kepada orang-orang dekat-Nya.

Jawaban Yesus terhadap situasi itu tentu mengejutkan. Yesus menempatkan seorang anak di tengah-tengah mereka lalu mengatakan: "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.” Menjadi hebat dan besar di antara orang lain bukan dengan mencari jabatan tinggi melainkan dengan bersikap rendah hati dan siap melayani. Menjadi besar bukan dengan bersaing dengan memperebutkan kekuasaan itu, seperti pada pemerintahan duniawi tetapi mau hidup berdampingan dengan sikap saling berbagi dan melayani (bdk Luk 9:46-50).  

Jika semangat kerendahan hati dan melayani menjadi pedoman utama dalam hidup maka meskipun pencobaan itu datang dan kita tertimpa tangga seperti Ayub, hemat saya kita tak akan pernah goyah lagi. Tuhan sudah mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang. Tak tergoyahkan !  














Tidak ada komentar:

Adhitz Ads