Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Rabu, September 21, 2016

YANG TERUTAMA ADALAH BELASKASIH, BUKAN PERSEMBAHAN !



Sejak tahun 1980-an semangat kemandirian dalam hidup menggereja disosialisasikan terus menerus di tengah umat dan tekanan utamanya terjadi pada hal-hal ini: kemandirian dalam bidang personal, iman dan keuangan. Personal: menggerakkan seluruh komponen umat agar bersedia memberi diri (waktu) untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya sesuai dengan talenta masing-masing. Iman: setiap orang berusaha memperdalam imannya dengan belajar lebih dalam tentang pengetahuan agamanya, belajar berdoa dengan baik dan benar, memberi waktu untuk mengikuti rekoleksi bulanan dan retret tahunan, mengikuti kursus evangelisasi, melibatkan diri dalam organisasi rohani yang syah dan yang diakui Gereja, melibatkan diri dalam karya-karya sosial membantu yang menderita, melibatkan diri kegiatan dalam seksi-seksi dewan paroki dll. Keuangan: rela memberi sebahagian dari penghasilan bulanan atau tahunan untuk didermakan kepada Gereja dan kegiatan-kegiatan karitatif.

Di banyak tempat entah itu keuskupan ataupun paroki visi misi Gereja di atas diusahakan agar berjalan seimbang. Namun di tempat lainnya berbicara tentang kemandirian sudah berkonotasi pada masalah keuangan saja. Sebagai contoh dapat kita lihat dalam hal-hal berikut ini: Kolekte dalam ekaristi harus dihantar sendiri ke depan dan dimasukkan sendiri ke dalam peti kolekte supaya memaksa umat membawa kolekte, semua pelayanan sakramen dibayar dengan memasang tarif tertentu, ada aksi puasa dan natal, ada uang gereja mandiri, ada uang untuk pelayanan administrasi Gereja, ada GESER (Gerakan Seribu Rupiah) setiap hari, ada kios rohani dll. Kita menyaksikan bahwa seolah-olah mengumpulkan uang itu hal yang paling utama atau terpenting dari pada dua kemandirian lain di atas. Para ketua kelompok hingga pengurus DPP sangat sibuk memperhatikan uang ketimbang membuat program pendalaman iman. Semua pelayanan Gereja harus menjadi sumber untuk mendatangkan uang. Kotbah pastor di gereja tidak ketinggalan berbicara tentang uang. Saking terlalu banyaknya usaha untuk kemandirian keuangan, tidak mengherankan kalau umat secara kritis mempertanyakan visi misi Gereja ini.

Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Dalam perjalanan keliling di Kapernaum ia berjumpa dengan Matius, si pemungut cukai sedang duduk menunggu pembayaran cukai. Yesus tidak minta uangnya untuk keperluan pelayanan-Nya, tetapi Ia minta Matius mengikuti Dia kemana saja. Melihat ini semua pemungut cukai lainnya dan orang-orang yang dianggap berdosa oleh orang Farisi dan Taurat berkumpul makan bersama Yesus. Ketika kedekatan-Nya dengan orang-orang ini dilihat oleh orang Farisi dan ahli Taurat itu, mereka mengeritik Yesus. Jawaban Yesus menghentikan komentar mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Mat 9:12-13). Misi Yesus ke dunia adalah misi belaskasih, misi keselamatan, misi untuk mengumpulkan semakin banyak orang untuk mencintai Tuhan dan sesamanya. Inilah hukum utama dan terutama dari perjuangan-Nya di bumi ini.

Misi ini adalah misi untuk mengubah hati orang agar merasakan kebaikan dan belaskasih Allah. Kalau aspek kebaikan dan belaskasih ini ini telah menyentuh hati banyak orang maka dengan sendirinya gerakan kemandirian di bidang keuangan akan berjalan otomatis tanpa dijerat dengan usaha-usaha seperti yang saya sebut di atas. Kata Yesus: “Carilah dahulu Kerajaan Allah maka yang lain akan ditambahkan kepadamu”. Bawalah orang masuk untuk merasakan kedamaian dalam kerajaan Allah, maka segala keperluan lain akan mengalir dengan sendirinya melalui uluran tangan mereka yang sudah merasakan kedamaian Allah dalam hidupnya.

Manusia diciptakan untuk merasakan firdaus: kedamaian, kebahagiaan, ketentraman, kenyamanan, kekuatan bila menderita serta sukacita. Jika hal-hal ini tidak dirasakan dalam pewartaan dan pelayanan kita maka hati orang akan semakin terasa jauh dari sumber kasih Tuhan. Bagi mereka kehidupan agama yang seharusnya menjadi jalan kepada keselamatan akan berubah menjadi jalan kesesatan. Nasihat Santu Paulus dalam bacaan pertama hari ini (Ef 4:1-7.11-13) kiranya dapat mengembalikan kesadaran kita akan visi dan misi Yesus yang sebenarnya!


                                                                             

Adhitz Ads