Setiap
kali kita hendak merayakan pesta-pesta besar dalam Gereja, kita dianjurkan
supaya mengaku dosa kita dalam sakramen pengakuan, sebab kita percaya bahwa
saat itu kita menerima rahmat dan karunia yang amat istimewa dari Tuhan. Rahmat
itu diumpamakan sebagai anggur yang baru dan jiwa kita yang mengaku dosa adalah
kantong yang baru yang mampu menyimpan rahmat yang baru itu. Karunia baru di
dalam jiwa yang baru. Cocok atau pas! Kegembiraannya bertahan lama sebab
tersimpan dalam jiwa yang baru dan bersih, ketimbang kalau disimpan dalam jiwa
yang tak bersih atau lama.
Sama
saja halnya kalau kita memakai pakaian baru atau yang sudah bersih lalu tubuh
kita tidak dibersihkan atau tidak mandi, maka kita yang memakainya merasa
kurang nyaman. Apa yang tampak bersih di luar tidak cocok dengan keadaan tubuh
kita yang tidak dibersihkan. Yang pas adalah pakaian bersih tubuh juga bersih.
Rahmat (anggur) baru, jiwa (kantong) juga harus baru. Oleh karena itu tak ada
alasan sedikit pun yang dapat dibenarkan kalau kita mau menerima rahmat yang
baru dan mau menyimpannya dalam hati yang kotor.
Tuhan
Yesus dalam Injil hari ini sekali lagi mengingatkan kita akan perlunya
pembaharuan dalam hidup ini baik menyangkut jiwa maupun badan, melalui
perumpamaan anggur baru harus disimpan dalam kantong yang baru atau kain baru
harus ditempel pada baju yang baru (bdk Luk 5:33-39).
Ketika
Paulus sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya dan mengakui
bahwa hanya melalui Dia manusia diselamatkan, maka Paulus tidak hidup lagi di
bawah kuk perjanjian lama, sebab ia tahu dan percaya bahwa Allah telah
mengganti perjanjian lama atas darah binatang dengan perjanjian baru, atas
korban darah Yesus di kayu salib. Paulus melihat dirimya sebagai hamba Kristus,
yang secara sempurna dimerdekakan Kristus dari dosa dan kematian abadi. Oleh
karena itu ia tidak mau dihakimi oleh manusia atas dasar pandangan perjanjian
lama melainkan oleh Tuhan sendiri yang telah memperlihatkan segala rencana-Nya
melalui panggilan yang diterimanya sebagai rasul Yesus Kristus (bdk 1 Kor
4:1-5).
Paulus
telah menerima karunia-karunia baru (anggur baru) dari Roh Kudus dan telah hidup
secara baru (kantong kulit yang baru), maka atas dasar itu ia ingin mempertahankan
hidup barunya dengan cita-cita menjadi saksi Kristus sampai mati. Dalam pernyataannya
di tempat lain ia mengatakan: celakalah
aku kalau aku tidak memberitakan Injil, sebab aku telah menjadi milik Kristus
sehingga hidupku bukannya aku lagi melainkan Kristus yang hidup dalam aku. Inilah
kesaksian Paulus dalam hidupnya sebagai rasul dan sampai mati ia tetap berpegang
teguh pada komitmen menjadi orang yang dapat dipercaya dalam mewartakan kabar gembira
kerajaan Allah.