Hampir
semua agama besar di dunia mengajarkan umatnya untuk bertobat setiap hari. Gereja
Katolik mengajarkan: tobat adalah sebuah usaha pembaharuan diri, dengan cara
menyesali dan mengaku dosa agar menerima pengampunan dari Tuhan sehingga seseorang
boleh memperoleh jalan masuk kepada keselamatan abadi. Tanpa pertobatan
pengampunan tak akan diperoleh, tanpa pertobatan hubungan dengan Tuhan dan sesama
tidak dapat diperbaiki. Tanpa pertobatan hidup kekal tak akan dinikmati. Tanpa pertobatan
tak akan ada sukacita surgawi. Tobat itu adalah sebuah rahmat yang harus
dipelihara, dihayati dan dimanfaatkan sehingga kita selalu berada dalam keadaan
yang suci dan layak di hadapan Tuhan dan sesama.
Orang
beriman perlu bertobat setiap hari sebab ia hidup di tengah dunia yang penuh
dengan godaan dan dosa. Dosa yang disebabkan oleh pikiran, perkataan, perbuatan
dan kelalaian. Jalan utama kepada pertobatan tidak lain: takut akan akan Allah,
rendah hati dan dengan jujur dan penuh penyelasan mau mengakui dosa-dosanya di
hadapan Allah melalui para pejabat Gereja yang menerima tahbisan suci. Paus,
para uskup dan imam telah mendapat mandat dari Yesus untuk mengampuni dosa. Jika
malu mengaku dosa di hadapan para pejabat ini berarti kita tidak rendah hati
mengakui kelemahan dan dosa-dosa kita di hadapan Tuhan.
Orang
Israel telah berdosa di hadapan Tuhan, sebab mereka telah melakukan pelanggaran
yang mematikan, yaitu murtad dan menyembah patung lembu emas yang mereka
ciptakan sendiri. Kitab Keluaran bacaan pertama hari ini melukiskan bahwa Tuhan
marah besar dan hendak membinasakan jemaat itu. Namun Musa atas nama bangsa itu
memohon ampun pada Tuhan dengan cara menggugat Tuhan akan janji-janjiNya kepada
nenek moyang bangsa itu kepada Abraham, Isaak dan Yakub dst. Hati Tuhan luluh
karena doa Musa yang jitu. Tuhan maharahim bila manusia rendah hati memohon
ampun atas tindakannya yang salah. Bila seseorang memohon ampun itu tandanya
dia rendah hati dan mau bertobat. Tuhan senang bila manusia bertobat (Kel
32:7-11.13-14)
Tuhan
Yesus dalam Injil hari menyampaikan beberapa perumpamaan yang melukiskan
kerahiman Tuhan untuk menyelamatkan yang hilang dan berdosa, sekaligus memberi
contoh positip tentang sikap-Nya, yang tidak membedakan orang benar dan
berdosa. Ia makan bersama para pemungut cukai dan berdosa. Pengajaran dan
tindakan Yesus tentang kerahiman Allah adalah wujud kasih Allah yang ingin
menyelamatkan manusia berdosa, tetapi yang kembali menyesali dosa dan bertobat.
Bahkan Ia melukiskan bahwa Allah sendiri datang mencari domba-Nya yang hilang. Kalau
Tuhan mencari berarti Tuhan sayang pada yang hilang dan tersesat. Ketika yang
hilang dan tersesat ini ditemukan, Tuhan mengadakan perjamuan pesta sebagai tanda
syukur dan sukacita-Nya. Pada akhir pengajaran-Nya Yesus mengatakan: “Akan ada sukacita di surga karena satu
orang berdosa yang bertobat (Luk 15:1-32).
Paulus
tanpa rasa malu menceritakan pertobatannya dalam suratnya kepada Timoteus. “Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan
aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan
mempercayakan pelayanan ini kepadaku. Aku yang tadinya seorang penghujat dan
seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena
semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih
karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman
dan kasih dalam Kristus Yesus” (1 Tim 1:12-17). Paulus sungguh-sungguh
sadar dan yakin bahwa ia diselamatkan Tuhan dari kesesatan yang dilakukannya. Maka
di akhir surat itu ia menulis: “Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi
Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin”.
Kita
semua tahu bahwa sepak terjang Paulus dalam karya pewartaannya sungguh
merupakan tanda syukur yang tiada terkira dalam hidupnya sebagai rasul yang
terpilih dari jalan sesat. Ia juga senang bila ada orang yang seperti dia mau
kembali ke jalan keselamatan melalui pertobatan. Amin