Jenasah Padre Pio kini
terbaring utuh di basilikanya yang baru di kota kecil di pedalaman, Rotondo,
Italia. Jenasah yang utuh itu dibaringkan di ruang terbawah basilika itu,
setelah kuburnya digali kembali dalam usia 40 tahun. Mujizat! Mengapa? Semuanya
terjadi karena Tuhan ingin menunjukkan kuasa-Nya bahwa Dia memelihara
orang-orang saleh, baik waktu hidup maupun waktu matinya. Padre Pio, seorang
imam dari Tarekat OFMCap. Dalam hidupnya sebagai imam, ia i mendapat karunia stigmata
(mengalami 5 luka Yesus di telapak tangan, di kaki, lambung dan kepala). Suatu karunia
istimewa yang sangat langkah terjadi dalam hidup manusia. Paus Yohanes Paulus
II mengkanonisasi Padre Pio sebagai orang kudus pada 16 Juni 2002 dan
diperingati pada setiap tanggal 23 September. Padre Pio pantas menerima
anugerah itu karena hidupnya yang saleh: tekun dalam doa dan perayaan ekaristi,
melayani sakramen pengakuan dosa tanpa batas waktu, membentuk kelompok doa agar
membawa banyak jiwa kepada Tuhan. Mujizat-mujizat besar selalu terjadi dalam
hidupnya. Banyak doa yang dikabulkan dengan perantaraannya.
Dari hari ke hari manusia sibuk
dalam aliran waktu. Kata penulis Kitab Pengkotbah: ada waktu lahir dan mati,
ada waktu untuk tanam dan cabut, ada waktu untuk melukai dan membunuh dst....
(Pkh 3:1-11). “Allah membuat segala
sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.
Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal
sampai akhir”. Meskipun manusia sibuk dalam waktu, tetapi seringkali ia
tidak memahami apa yang dikerjakan Allah dalam hidupnya. Rencana Allah memang
indah tetapi juga penuh misteri. Padre Pio berjalan dalam waktu pelayanan
sebagai imam. Ia melayani tanpa batas waktu. Dia hanya tidur 2 jam sehari. Meskipun
ia banyak menderita karena sakit dan karena pernah disuspensi oleh pimpinannya,
ia taat pada derita itu dan menyerahkannya kepada Tuhan. Ia percaya akan
rencana Tuhan yang indah meskipun ia seringkali bergulat dalam menghadapinya
sebab rencana Allah itu memang penuh misteri juga. Anda dan saya pasti
mengalaminya juga. Setiap hari kita berjalan dalam iman, tetapi penuh
pergulatan karena tidak memahami tujuan dari misteri Allah itu terjadi atas
kita.
Tuhan Yesuspun mengalami hal
yang sama. Meskipun oleh banyak orang Ia dipandang sebagai nabi besar karena
kuasa dan mujizat-mujizatNya, namun Ia tetap mengalami derita yang paling mengerikan
dalam hidup-Nya sebagai manusia. Ia berjalan dalam waktu serta rajin berkeliling
mewartakan kehadiran Allah melalui kotbah-kotbahNya, melalui pelbagai mujizat
Allah yang dikerjakan-Nya, namun akhirnya Ia menerima hukuman salib. Suatu peristiwa
hidup yang baru dimengerti sesudah Ia bangkit dan setelah para rasul menerima
Roh Kudus. Meskipun sekarang semuanya indah pada waktunya, namun di saat kita
berjalan bersama waktu yang disertai banyak pencobaan ini, kita seringkali
tidak mengerti dan terombang-ambing dalam iman, harap dan kasih kepada Tuhan.
Kita sanggup memahami semua
pergulatan hidup ini apabila kita sanggup berkata dalam iman: jadilah kehendakMu
Tuhan seperti iman Bunda Maria, Padre Pio dan para kudus lainnya. Dengan demikian
pada akhirnya kita bersyukur bahwa “tiada
waktu dalam kehidupan ini tanpa perhatian dan penyertaan Tuhan”. Padre
Pio, doakanlah kami agar kami sanggup memahami semua tindakan Allah dalam
perjalanan waktu kami. Amin