Kemiskinan yang paling besar dan
menimbulkan banyak duka dalam hidup ini tidak lain dari pada kemiskinan rohani.
Hidup dalam dosa, tidak rendah hati, tidak merasa bersalah, membenarkan diri
dan membela diri, hidup dalam kesombongan. Orang yang miskin seperti ini
bukannya memiliki kerajaan surga tetapi kerajaannya sendiri dan akibatnya akan
tahu, hidup dalam duka tanpa penghiburan !
Yang dimaksudkan Tuhan Yesus dalam sabda
bahagia-Nya, yang sungguh miskin secara rohani dan jasmani tetapi rendah hati,
mengakui kesalahannya dan senantiasa mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Mereka
ini akan memiliki kerajaan Allah. Yang berduka adalah mereka yang
sungguh-sungguh menderita karena penyakit, ketidakadilan, dosa dll namun juga rendah
hati dan selalu mengandalkan Tuhan maka mereka ini akan dihibur (bdk Mat
5:1-12).
Tuhan selalu berpihak pada orang-orang
kecil, menderita, sakit, berdosa seperti yang Dia lakukan selama berkeliling di
tengah bangsa-Nya sendiri. Dia ingin menunjukkan cinta Bapa kepada mereka semua
agar mereka hidup dalam pengharapan dan berusaha membangun hidup di atas
prinsip-prinsip Kerajaan Allah. Mereka yang miskin dan menderita seperti ini
biasanya polos, jujur serta tak berdaya, namun mengandalkan Tuhan. Ketika dalam
pengharapan itu mereka bisa merasakan pengalaman Allah yang mengubah maka
mereka bangkit menjadi orang-orang yang bisa membuat perubahan atas hidupnya
sendiri dan juga atas hidup orang lain. Lihat saja para rasul-Nya. Mereka semua
adalah orang-orang yang terpinggirkan dari segi ekonomi dan status sosial.
Namun karena mereka mengalami kasih Allah yang memanggil, mengajar dan
membimbingnya setiap hari serta menyaksikan banyak mujizat-Nya, maka pengalaman
itu mengubah kehidupan mereka. Mereka kemudian menjadi soko guru Gereja. Mereka
dari miskin menjadi kaya akan Kerajaan Allah, dari berduka menjadi terhibur
karena selalu berada bersama Dia yang datang dari surga.
Dalam suratnya kepada jemaat di
Korintus, Paulus menghibur mereka dengan mengatakan: “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas
kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala
penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam
bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari
Allah. Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam
kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan
berlimpah-limpah” (bdk 2 Kor 1:1-7). Paulus telah mengalami sendiri
bagaimana ia mendapat kasih dari Tuhan yang mengubah hidupnya menjadi manusia
baru. Pengalaman penghiburan itu kini ia syeringkan kepada orang lain sehingga
para jemaat yang menderita selalu hidup dalam pengharapan akan kasih Allah yang
pasti akan mengubah kehidupan mereka.
Kita semua miskin dan berduka karena
kelemahan hidup rohani dan jasmani. Bila ingin mendapat bagian dalam kerajaan
Allah dan penghiburan-Nya maka hiduplah dalam semangat kerendahan hati.
Kerendahan hati untuk bertobat, untuk mau bekerja sama dengan orang lain, untuk
selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup, untuk mendengar dan melakukan
perintah-Nya, dan berbuat baik guna membuat orang lain merasa terhibur, dst.