Rencana keselamatan Allah untuk menebus
dosa manusia dirancang sejak panggilan Abram. Abram diberkati dan namanya
berubah menjadi Abraham – bapa para bangsa. Abraham menurunkan Isaak (dari
Sara) dan Ismael (dari Hagar). Isaak melahirkan Esau dan Yakub. Yakub melahirkan
12 orang, cikal bakal dari kedua belas keturunan Israel. Mereka lahir di tanah
terjanji, karena kelaparan mereka mengungsi ke Mesir dan Musa membawa mereka
kembali ke tanah pusaka nenek moyangnya. Dalam perjalanan sejarah itu hati
mereka tetap dikobarkan oleh sebuah pengharapan akan keselamatan datangnya Sang
Raja Adil, Mesias. Kobaran pengharapan itu semakin tahun semakin kuat sebab
mereka terus menerus berada di bawah penindasan bangsa-bangsa asing, yang tampaknya
secara bergilir datang menjajah serta menjadikan mereka bangsa yang selalu
terbelenggu. Saat Yesus lahir mereka sedang terbelenggu oleh penjajahan Roma. Kehadiran
dan pelayanan Yesus, penderitaan, wafat dan kebangkitan-Nya mengobarkan harapan
baru bagi para rasul-Nya untuk membentuk Gereja pada hari Pentakosta.
Sejak hari Pentakosta, tantangan dan
pertobatan datang silih berganti atas jemaat baru yang menamakan diri orang
Kristen – para pengikut Kristus. Jumlah para pengikut Kristus ini bertumbuh
dengan cepat melalui pewartaan para rasul, termasuk Paulus dll. Paulus ditangkap
dan dibelenggu karena dituduh mengkhianati bangsanya sendiri, yang sesungguhnya
mempunyai pengharapan yang sama dengannya, pengharapan akan datangnya Mesias
itu. Namun karena mereka tidak percaya akan Mesias yang telah datang dalam diri
Yesus maka terjadilah pertentangan dan penganiayaan yang dilakukan oleh bangsa
Yahudi yang beragama Yahudi. Paulus naik banding ke Roma dan di penjara Roma
itu ia dengan leluasa mewartakan Kristus, sebagai pemenuhan janji Mesias. Ia bersaksi
bahwa ia dibelenggu bukan karena suatu kejahatan tetapi karena mempertahankan pengharapan
Israel yaitu Mesias, Yesus Kristus (Kis 28:16-20.30-31).
Kebenaran pengharapan itu ditulis
Yohanes Rasul, saksi mata sejati akan karya-karya Yesus. Dalam kesimpulan
Injilnya hari ini ia mengatakan: “Dialah
murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya
dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. Masih banyak hal-hal lain lagi
yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu
per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus
ditulis itu” (Yoh 21:24-25). Paulus yang dibelenggu itu diebelenggu karena
melanjutkan kesaksian para saksi mata ini. Kesaksian ini adalah kebenaran bukan
kebenaran rekayasa, bukan pula kebenaran dari sebuah dongeng. Sebab kalau melihat
hasilnya hingga dewasa ini (sudah berjalan 21 abad) dapatkah karya rekayasa
atau dongeng dapat membentuk sebuah persekutuan Gereja yang langgeng, universal,
kudus, katolik dengan hierarkhi yang begitu rapi dan teguh. Dapatkah sebuah
kebenaran rekayasa, dongeng atau yang dicap kafir ini melahirkan
pandangan-pandangan teologis dan filosofis yang sangat mempengaruhi kebebasan
berpikir dan demokratis umat manusia hingga abad ini. Dapatkah sebuah kebenaran
rekayasa melahirkan semangat perdamaian, persatuan, perjuangan keadilan dan
hak-hak asasi manusia?
Walau banyak orang telah dibelenggu
karena mempertahankan hidupnya demi nama Tuhan kita, demi pengharapan akan
pembebasan bersama dari dosa dan kematian abadi, namun justru melalui belenggu
itu cahaya-Nya semakin bersinar menerangi hati para bangsa!