Hingga dewasa ini kerajaan-kerajaan di
dunia mewariskan takhta kerajaannya kepada keturunannya masing-masing. Mereka
yang mewarisi takhta itu menerima warisan kepemimpinan itu secara otomatis –
alamiah, tanpa proses pemilihan umum seperti pada pemerintahan demokratis.
Proses peralihan kepemimpinan dalam kerajaan duniawi biasanya berjalan damai
kecuali kalau terjadi perebutan takhta antara kakak dan adik sekandung atau
kakak dan adik sepupu, atau antara anak istri pertama dan kedua jika rajanya
memiliki beberapa istri. Kalau terjadi perebutan demikian seringkali tidak
terhindar dari pertumpahan darah.
Tuhan Yesus datang ke dunia tidak
membawa kekuasaan raja dan tidak memerintah sebagai raja. Ia dikenal sebagai
seorang yang memiliki kuasa yang luar biasa, sebab hanya dengan bersabda
orang-orang sakit disembuhkan, setan-setan takhluk, orang mati hidup kembali,
ikan-ikan terjaring pada pukat, hanya dengan menjamah jumbai jubahnya banyak
orang disembuhkan, doanya yang sederhana menimbulkan mujizat pergandaan roti,
dll. Ketika diadili oleh Pilatus dengan pertanyaan apakah Dia raja?. Ia hanya
menjawab: Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini ! Yesus adalah Mesias, Raja, Tuhan
dan Juru Selamat memiliki kerajaan, yang menjangkau langit dan bumi serta
segenap ciptaan Allah di bumi ini.
Ketika Ia datang dan mulai berkarya di
tengah bangsa-Nya sendiri, Ia tidak menonjolkan diri-Nya sebagai Raja,
melainkan seorang yang selalu berkata: “Aku datang untuk melaksanakan kehendak
Bapa-Ku”. Ungkapan-ungkapan penuh misteri seperti ini membuat banyak orang
penasaran dan bertanya, siapakah orang ini sesungguhnya? Hingga pada suatu saat
Ia menyelidiki pendapat orang Yahudi tentang tentang diri-Nya melalui para
murid-Nya sendiri dan Ia bertanya: Siapakah Aku ini meurut kata orang? Dari
semua jawaban, hanya Petrus yang menjawab dengan tepat. “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup! Jawaban ini sangat tepat dan Yesus pun
menilai Petrus sebagai orang yang berbahagia sebab bukan manusia yang
menyatakan itu kepadanya, melainkan Bapa-Nya yang di sorga”. Jawaban ini
sekaligus menjadi pengakuan iman Petrus atas Yesus, sehingga ia mendapat
meterai kekuasaan untuk melanjutkan karya-Nya di dunia ini: “Engkau adalah Petrus dan
di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan
menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di
dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan
terlepas di sorga."
Petrus menerima kunci Kerajaan Surga
dengan kuasa pengampunan dosa, guna meneruskan karya penebusan yang akan
dilanjutkan olehnya bersama para murid yang lain, sebab Yesus datang untuk
menebus dosa manusia melalui wafat dan kebangkitan-Nya. Kuasa itulah yang diterima
Petrus dan selanjutnya diwariskan dalam Gereja Katolik melalui mereka yang
menerima kuasa imamat Kristus.
Sesudah menerima kuasa itu Petrus
tampaknya diterima rekan murid lainnya sebagai “primus” – yang pertama dan
utama dari antara mereka semua. Pengukuhan kuasa Petrus sebagai pemimpin
dibaharui Yesus pada saat perjumpaan sesudah kebangkitan-Nya dengan Petrus
serta murid lain di tepi danau Galilea. Saat itu Petrus harus menjawab
pertanyaan Yesus tiga kali: adakah
engkau mengasihi Aku. Jawaban Petrus: “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku
mengasihi Engkau”, adalah sebuah pembaharuan hati Petrus sesudah ia menyangkal
Yesus tiga kali. Selanjutnya kita lihat bagaimana peran Petrus dalam Kisah Para
Rasul dan juga bagaimana ia dilindungi Tuhan dalam kisah hari ini (Kis 12:1-11).
Menurut sejarah, pusat pemerintahan Petrus yang pertama adalah di kota
Antokhia, kemudian ia ke Roma, mendirikan Gereja di sana dan menjadi pemimpin
Gereja pertama.
St. Paulus tidak menjadi pemimpin, meskipun
tampaknya ia lebih terkenal dari Petrus dalam Kisah Rasul, surat-surat Paulus
juga jauh lebih banyak dari surat-surat Petrus. Namun Paulus sangat menghormati
kepemipinan Petrus. Di Roma ia hidup di penjara sedangkan Petrus hanya ditulis
di Roma memimpin Gereja. Dalam suratnya kepada Timotheus hari ini Paulus hanya
menyatakan syukur atas tugasnya yang hampir mencapai garis akhir. Dia bersyukur
akan mendapat makhota kebenaran yang tersedia baginya oleh Tuhan sendiri, sebab
Tuhan telah menyertainya selama ia kemana-mana untuk memberitakan Injil
Kristus.
Kedua rasul besar ini mendapat mahkota
kematian sebagai martir. Petrus disalibkan kepala ke bawah dan Paulus dipenggal
kepalanya. Keduanya menjadi saksi sejati dan oleh mereka nama Tuhan dimuliakan
bersama para rasul lainnya! Petrus seorang nelayan dipakai Tuhan menjadi
pemimpin Gereja pertama. Paulus seorang ahli Taurat yang hebat menjadi saksi
Yesus Kristus bagi bangsa-bangsa lain. Kerja sama keduanya sebagai saksi
Kristus menjadi landasan utama bagi Gereja sepanjang masa. Syukur dan puji Tuhan!