Ketika saya menulis renungan ini saya
teringat kembali cuplikan film tentang Uskup Romero, pembela kebenaran dan
rakyat jelata di El-Salvador. Dalam cuplikan singkat itu kita melihat beliau
tidak gentar untuk memungut kembali semua hosti
kudus yang terserak di lantai akibat tembakan mortir oleh tentara suruhan
pemerintah setempat. Hosti yang disimpan dalam tabernakel itu sudah dikonsekrir
dalam ekaristi, hosti yang sudah dikonsekrir kita sebut tubuh Kristus, karena
perjamuan ekaristi adalah peringatan perjamuan Tuhan yang terakhir bersama para
murid-Nya, saat mana Dia mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya.
Kuasa itu Ia berikan kepada para murid-Nya sendiri, yang kemudian dikuasakan
kepada para imam katolik untuk meneruskannya. Maka ketika hosti itu berserakan,
sebagai seorang Uskup yang bertanggung jawab atas kebenaran ini, datang
memungutnya kembali dan memindahkannya ke Gereja lain. Ia tidak takut sebab dia
tahu, dia menyelamatkan tubuh kudus Kristus, sumber hidup manusia.
Hari raya Tubuh dan Darah Kristus hari
ini, adalah sebuah perayaan untuk mengingatkan kita akan kekudusan ekaristi
sebagai perayaan keselamatan sempurna bagi umat Allah dalam Gereja Katolik. Karena
itu semua bacaan hari ini baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru seluruhnya
berbicara tentang kesediaan Allah. Kesediaan untuk memelihara hidup manusia
melalui manna di padang gurun, menguduskan serta menguatkan manusia melalui
perjamuan Yesus pada zaman perjanjian baru sampai nanti Ia datang kembali.
Di padang gurun yang gersang bangsa
Israel kekurangan makanan, Allah menyediakan makanan manna bagi mereka. Sesudah
menikmati makanan itu, mereka hidup dan kuat untuk meneruskan perjalanan yang
melelahkan itu melintasi padang gurun. Allah menyediakan dan memberi kekuatan
baru untuk melangkah lebih jauh hingga mereka sampai pada tujuan perjalanan itu
(bdk Ul 8:2-3.14b-16a)
Dalam pengajaran-Nya di rumah ibadat di
Kapernaum Yesus bersabda: “Inilah roti
yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah
roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia
akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang
akan Kuberikan untuk hidup dunia." (bdk Yoh 6: 51-58). Orang Yahudi di
Kapernaum bertengkar satu sama lain tentang sabda Yesus yang sukar untuk
dimengerti ini. Para murid-Nya sendiri pun saat itu tidak mengertinya. Setelah Yesus
bangkit dan mereka menerima Roh Kudus baru semuanya menjadi jelas bahwa semua
itu akan terjadi dalam ekaristi.
Paulus pun dalam pengajarannya kepada
jemaat Korintus mengerti akan makna ekaristi sebagai persatuan hidup yang
paling sempurna dengan Tuhan kita Yesus Kristus. Sebab yang makan tubuh dan
darah-Nya dalam ekaristi, bersatu dengan-Nya sebagai satu tubuh dalam
Gereja-Nya yang kudus.
Bila kita merayakan ekaristi lalu
menyantap dan darah-Nya, maka hidup kita selain dikuatkan oleh-Nya juga
dipersatukan dengan-Nya secara sempurna. Dia tinggal dalam kita dan kita
tinggal dalam Dia. Kita satu dengan-Nya dan Dia satu dengan kita. Betapa
bahagianya makan tubuh dan minum darah-Nya. Kata pemazmur: betapa baik dan sedapnya
Tuhan !