Tak satu pun dari manusia di bumi ini
yang mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa dia manusia “batu karang atau
manusia besi” tak punya cacat, kelemahan atau kekurangan. Selain Yesus Kristus dan
bunda-Nya Maria, sekuat apapun seorang anak manusia yang lahir dari kandungan ibunya
yang juga manusia, ia tetap manusia yang rapuh, baik jiwa maupun raganya. Akan tetapi
mengapa kita yang lemah ini dipakai Tuhan untuk melakukan pekerjaan besar-Nya?
Dalam suratnya hari ini St. Paulus kepada
jemaat di Korintus memberi jawaban ini: ”Harta
ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal
kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami
dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak
binasa” (bdk 2 Kor 4:7-15).
Kata
Paulus, supaya nyata:
·
Bahwa kekuatan berlimpah
yang bekerja dalam diri mereka (rasul-rasul) berasal dari Allah, bukan dari
manusia yang rapuh itu.
Sehingga mereka kuat di saat mereka
mengalami penindasan, tidak putus asa dan tidak merasa sendiri ketika dianiaya
dan dicemooh, tidak binasa ketika dihempaskan, dst. Oleh kuasa Roh Kudus mereka
menjadi anak Allah, menerima kekuatan dan kuasa Allah, dapat bekerja dan berjuang
untuk kemuliaan nama Tuhan, melakukan pekerjaan besar sama seperti Yesus Kristus sendiri, bahkan
pekerjaan yang lebih besar, kata Tuhan Yesus di sebuah kesempatan lain dalam
pengajaran-Nya.
Manusia berasal dari tanah dan akan
kembali ke tanah. Kata Paulus, cuma bejana tanah liat. Namun jika ia hidup
dalam Tuhan dan untuk Tuhan maka kerapuhannya dikuatkan oleh kuasa Tuhan. Akan tetapi
bila ingin mendapat kekuatan Ilahi seperti Paulus dan rasul-rasul lainnya, kita
yang rapuh ini hendaknya berusaha menjaga kemurnian diri, dengan berusaha membebaskan
diri dari segala keinginan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Hari ini Tuhan Yesus
menyinggung secara khusus tentang dosa perzinahan (bdk Mat 5:27-32). Dosa ini
adalah dosa yang paling menjatuhkan martabat manusia sebagai anak Allah. Orang
yang melakukan dosa ini melanggar kesucian, kemurnian, melanggar perintah ke 6
dalam hukum Musa, yang telah termeterai menjadi salah satu perintah penting
dari ke-10 perintah Allah. Kelemahan yang sangat kodrati dalam hidup kita manusia
justru adanya keinginan dan kecenderungan untuk melakukan dosa yang satu ini. Kerapuhannya
ada di sini! Kerapuhan ini hanya bisa dilindungi bila kita selalu bersandar pada
kekuatan Allah. Amin