Kitab Suci Perjanjian Lama dan Baru itu
bukan cuma sebuah buku yang berisi doa-doa, puisi serta syair, atau juga sabda
yang harus ditafsir menurut “sitz im leben”nya
(tafsir menurut latarbelakang konteks tulisan) saja atau sebuah cerita kudus
tanpa makna iman. Sabda Tuhan dalam seluruh Alkitab itu juga berisi ulasan
sejarah hidup bangsa terpilih, yang melihat segala peristiwa dan pengalaman
hidup mereka dalam konteks Penyelenggaraan Ilahi. Karena itu amat penting juga
untuk membuat refleksi pengalaman mereka dan menjadikannya sebagai pengalaman
kita sendiri. Dalam konteks ini rasanya perlu juga kita membuat tafsiran secara
hurufiah atas teks-teks yang ada terutama sabda Tuhan yang berisi
janji-janji-Nya.
Dua orang benar dalam bacaan pertama
hari ini, Tobit da Sara, adalah pengalaman nyata bahwa mereka orang jujur dan
benar. Tetapi karena mereka sangat menderita, mereka dicemooh oleh para kerabat
dan keluarga dekatnya dan mencap mereka bukanlah orang baik, sebab dalam
perjanjian lama derita dan sakit selalu dihubungkan dengan dosa. Keduanya putus
asa lalu dalam doa mereka pun meminta agar Tuhan membiarkan mereka mati saja,
saking malu karena nama mereka menjadi gossip negatip di tengah masyarakat. Namun
karena mereka jujur dan benar di mata Tuhan, maka Tuhan membebaskan mereka dari
penderitaannya masing-masing dan mengubah hidup mereka menjadi sembuh dan
sehat. Mata Tobit dicelikkann dan anaknya Tobia menikah dengan Sara. Doa orang
benar dan jujur dikabulkan Tuhan (Tb 3:1-11a). Mata Tuhan tidak tertutup dan
telinga-Nya selalu siap mendengar.
Beberapa orang Saduki yang tidak percaya
akan adanya kebangkitan orang mati mengajukan pertanyaan kepada Yesus tentang
siapa yang akan menikahi seorang istri di saat bangkit karena dalam hidup di
dunia ini dia memiliki 7 orang suami (bersaudara). Mereka ini menikahi dia
secara berturut-turut karena ingin mewariskan keturunan menurut adat istiadat
Yahudi, tetapi ketujuhnya tidak punya anak sampai akhirnya istri itu mati juga.
Perumpaan ini disampaikan para Saduki agar punya alasan untuk membenarkan
pandangan mereka tentang tidak ada kebangkitan orang mati. Yesus menjawab
pertanyaan mereka bahwa di dunia orang mati tidak ada kawin mawin seperti yang
terjadi di dunia ini, sebab mereka hanyalah roh. Selain itu Allah bukanlah
Allah milik orang mati tetapi Allah itu hidup dan milik orang hidup, sebab hanya
orang hidup yang memuji dan menyembah Tuhan. Yesus mencap orang-orang Saduki itu
telah mengajukan pertanyaan yang sesat. Orang-orang itu bungkam dan pergi (Mrk 12:18-27)
Orang mati yang disiksa di purgatorium
tidak bisa berdoa seperti orang hidup. Mereka hanya diam dan tersiksa. Orang mati
dalam surga hanya memuji Tuhan bersama para malaikat untuk mendukung doa-doa
kita bila kita meminta pertolongannya. Mereka mengantarai intensi-intensi pada
Yesus Kristus sebagai pengantara utama. Jika doa kita berasal dari hati yang
jujur dan benar, para kudus itu memberi rekomendasi atasnya. Itulah tugas para
kudus di surga. Karena itu berusahalah menjadi orang benar, baik dan jujur. Berdoalah
dengan banyak ucapan syukur, Percayalah mata Tuhan tak pernah tertutup dan telinga-Nya
selalu siap untuk mendengar. Amin