Kalau kita berbicara tentang kasih
berarti kita berbicara tentang Allah sendiri, sebab kata Yohanes: Allah adalah
kasih (1 Yoh 4:8). Kalau demikian dasar pemikirannya maka tidak mengherankan
kalau thema tentang kasih ini tak pernah ada batasnya untuk direnungkan dalam
hidup. Kata Paulus, kasih itu di atas segala-galanya.
Seorang ahli Taurat datang kepada Yesus
dan bertanya: Perintah mana yang paling utama? Jawaban Yesus mengacu kepada
hukum yang telah ditulis dalam Taurat Musa: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum
yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada
hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mrk
12:30-31). Dalam praktek hidup sehari-hari kedua hukum ini hendaknya menjadi
dasar dan tujuan utama dalam hidup. Mengapa?
Kasih menjadi dasar, hemat saya:
- Pertama:
manusia ada, hidup, bertumbuh dan berkembang.....diselamatkan dst.... karena ada
kasih Allah di dalam hidupnya.
- Kedua,
manusia hidup, dst......karena ada kasih ayah ibu, dan sesama yang menyertainya
melalui semua hal yang membuat manusia itu bertumbuh, berpengetahuan, berbudi
pekerti, dst. Tanpa kasih hidup manusia menjadi tak berguna dan mati. Karena itu
segala cerita tentang kasih, dalam syair dan puisi, semuanya berisi harapan agar
kasih itu bisa diwujudkan dengan baik dalam hidup bersama.
Kasih menjadi tujuan:
-
Pertama:
yang membuat manusia bahagia dan sejahtera itu tidak lain dari pada kasih,
bukan karena pandai, banyak harta, cantik dan ganteng.
-
Kedua,
yang membuat seorang anak manusia mencapai sesuatu yang baik dalam hidup ini
tidak lain dari pada kasih yang menunjang seluruh perjuangannya.
-
Ketiga,
yang membuat manusia bebas dari segala kecemasan dan ketakutan dalam hidupnya
tidak lain dari pada kasih yang menjamin kedamaian dan ketentraman.
-
Keempat,
yang membuat manusia bisa mati dengan selamat dan masuk surga, juga tidak lain
dari pada kasih yang telah mengarahkan hati dan pikirannya untuk percaya kepada
Allah yang menyediakan tempat baginya dalam hidup abadi.
Sara dan Tobia bisa menikmati rahmat
persatuan hidup sebagai suami istri tanpa rasa takut dan cemas pada keadaan
masa lalu dari hidup mereka masing-masing, tidak lain karena kasih Allah yang
merestui dan memelihara keduanya dengan kasih-Nya. Allah telah mendengar doa
Sara dan juga doa Tobit, ayah Tobia. Kasih Allah menaungi mereka karena mereka
hidup benar dan jujur di hadapan Tuhan serta taat pada hukum-hukum-Nya (Tb
6:10-11;7:1.6.8-13;8:1.5-9).
Manusia boleh berbangga pada semua hal
yang mereka dapatkan dalam hidup ini, bila semua itu terjadi karena kasih yang
mampu menghantar mereka kepada tujuan hidup yang utama, persatuan dengan kasih
sejati. Bila kebanggaan itu didasarkan pada hal-hal di luar kasih dan tidak
menjamin persatuan dengan kasih sejati, maka semua kebanggaan itu akan menjadi
sia-sia adanya. KASIH paling utama dari segalanya !