Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Selasa, Juni 13, 2017

JADI GARAM YANG TETAP ASIN !



Garam itu aslinya selalu asin. Semua orang suka garam sebab efek garam membuat semua makanan jadi enak dan menyenangkan serta berguna bagi kesehatan tubuh. Kalau garam tidak asin lagi pasti tidak berguna lalu dibuang saja. Kalau pun direndam lagi di air laut ia bukan jadi garam yang asin tetapi jadi pahit karena tidak mengikuti proses pengolahan awal ketika air laut jadi garam. Maka garam harus dijaga agar tetap dan berguna.

Tuhan Yesus tahu manfaat garam sebab Ia juga hidup sama seperti manusia, setiap hari sejak kecil makan makanan yang bergaram, kecuali mungkin waktu puasa. Hari ini Ia bersabda: "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang” (bdk Mat 5:1-12). Perbandingan ini tampaknya sederhana tapi memiliki arti yang sangat dalam secara rohani. Sebagai pengikut Kristus para murid hendaknya berusaha agar hidupnya sungguh-sungguh memberi manfaat seperti garam bagi sesamanya. Garam asin yang bisa menyenangkan  hidup orang lain. Menyenangkan dalam relasi sosial, dalam hal kerja sama secara kelompok dan jejaring, dalam hal kerukunan beragama, dalam membangun kesejahteraan hidup keluarga, dalam mengejar pendidikan yang baik atau singkatnya para murid hendaknya berusaha menjadikan hidupnya berkualitas, orang yang sanggup memanfaatkan potensi hidupnya untuk kebaikan dan kesejahteraan sesama di sekitarnya, di rumah atau pun di tempat di mana ia bekerja. Seorang yang dapat memberi teladan dalam banyak hal, pribadi yang berintegritas, dapat dipercaya. Seorang yang hidupnya selalu menjadi kabar baik bagi sesamanya.

St. Paulus menerjemahkan sabda menjadi garam itu adalah menjadi seorang yang selalu berpihak pada Tuhan, manusia yang selalu berkata “ya” saja, yang siap sedia dan taat pada hukum-hukum dan kehendak-Nya. sebab “Kristus telah memeterai hidup orang percaya kepada-Nya menjadi milik Allah. Dialah yang memberi Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (bdk 2 Kor 1:18-22).

Hidup manusia tak bisa memegang prinsip antara “ya” dan “tidak” lanjut Paulus. Orang yang memiliki integritas adalah seseorang yang  berkata jujur  ya atau tidak. Sama halnya dengan menjadi garam dunia, seseorang harus menjadi garam yang asin bukan sekaligus hambar.

Janda Donata, sudah ditinggalkan suaminya sejak dua anaknya masih berumur 2 dan 4 tahun. Ia tidak mau menikah lagi karena ingin memelihara dua anaknya secara baik. Sebagai pegawai administrasi sekolah gajinya sangat kecil dan tidak bisa membiayai hidup hingga sebulan. Maka ketika dua anaknya masuk SD ia mencari pekerjaan lain pada sore hari dengan membuat kue dan menjualnya. Karena ia pandai membuat kue maka ia mendapat banyak pelanggan. Uang hasil jualan kue itu ia tabung di koperasi kredit setempat. Ia menyiapkan semua itu untuk pendidikan dua anaknya putra putri. Di samping usaha itu ketiganya selalu berdoa bersama sambil membaca Kitab Suci bergantian setiap malam, supaya kedua anaknya mencintai sabda Tuhan. Dengan ini ia ingin kedua anaknya menjadi anak yang mencintai Tuhan, orangtua dan sesamanya. Sesudah pulang sekolah ia meminta kedua anaknya sejam atau lebih membantu dia untuk membuat kue. Saat itu dia pakai waktunya untuk berdongeng kepada kedua anaknya.

Anak-anak ini kemudian bisa meraih pendidikan tinggi dengan IP yang bagus. Yang sulung kemudian bekerja di bank bergengsi sedangkan adiknya bekerja sebagai PNS di salah satu kantor Kementerian. Keduanya menjadi menjadi teladan di mana mereka bekerja; di tempat kerjanya masing-masing mereka menjadi garam yang baik bagi sesamanya. Secara kristiani mereka telah memenuhi permintaan Kristus: menjadi garam dunia, sebab ibu mereka telah menjadi garam yang asin bagi keduanya.





Adhitz Ads