Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Kamis, Juni 02, 2016

TAK JAUH DARI KERAJAAN ALLAH !



Mungkin ada banyak orang dari antara kita yang bertanya, di manakah letaknya kerajaan Allah itu? Apakah kerajaan Allah itu ada di surga ataukah di bumi? Hemat saya, kerajaan Allah itu sesungguhnya meliputi surga yang didiami Tuhan sendiri bersama segala orang kudus dan para malaikat-Nya serta dunia yang kita diami ini. Perbedaannya kerajaan Allah di surga itu mahakudus dan hanya pantas bagi para kudus sedangkan kerajaan Allah di dunia ini didiami manusia berdosa, yang masih berjuang untuk mengejar kekudusan. Untuk masuk ke dalam kerajaan para kudus di surga itu manusia diminta untuk mengimani Tuhan, berharap pada-Nya dan mengasihi-Nya dengan sepenuh hati, jiwa, tenaga, pikiran dll. Jika tidak demikian maka manusia masih akan hidup jauh dari kerajaan Allah.

Dalam Injil hari ini ada seorang ahli Taurat datang kepada Yesus dan bertanya: “Perintah manakah yang paling utama?”. Lalu Yesus menjawab orang itu dengan mengutip dua perintah utama dan terutama yang berhubungan dengan Allah dan sesama manusia. Kemudian ahli Taurat itu membenarkan jawaban-Nya dan Yesus menilai bahwa jawaban orang itu amat bijaksana, lalu berkata: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah” (bdk Mrk 12:28b-34). Itu berarti setiap orang yang sanggup mewujudkan kasih kepada Tuhan dan sesama sesuai dengan bunyi hukum utama itu, maka ia sudah berada dekat dengan kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah kerajaan kasih, sebab Dia yang memerintah kita adalah kasih. St. Yohanes menyebut: Allah adalah kasih (1 Yoh 4:8). Kasih Allah terwujud bukan cuma dengan perkataan tetapi dengan perbuatan dan penyerahan diri yang total guna menebus dosa manusia. Tuhan Yesus rela meninggalkan kodrat ke-Allah-annya untuk menjadi manusia, merasakan kelemahan manusia, mau menderita dengan memberi diri sepenuhnya bagi keselamatan manusia. Dalam penyerahan diri itu kasih Allah terwujud penuh bahkan sempurna tak tertandingi oleh siapa pun yang pernah hidup di bawah kolong langit ini. Jika ada manusia lain yang juga rela menderita bagi sesamanya, itu hanya sebuah bentuk partisipasi dalam penderitaan Yesus saja, guna menebus dosanya sendiri dan juga dosa sesamanya, tetapi tak akan melampaui pengorbanan Yesus Kristus sendiri.

Untuk memenuhi perintah Yesus menjadi rasul bangsa-bangsa St. Paulus juga bekerja dengan penuh pengorbanan. Ia rela ditangkap dan dibelenggu lalu dijebloskan ke dalam penjara di Roma hingga akhir hidupnya. Ia sabar menderita semuanya itu demi umat Allah yang dipercayakan kepadanya supaya mereka mendapat keselamatan dalam Kristus. Paulus mengambil bagian dalam penderitaan Kristus demi kemajuan kerajaan Allah di dunia ini dan mempersiapkan diri untuk masuk kerajaan Allah di surga. Lalu ia menulis tentang keyakinannya kepada jemaat Roma: "Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia;  jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita, jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya." (2 Tim 2:8-15). Hidup dalam kasih kepada Allah adalah hidup bersama Allah, untuk kemuliaan Allah dan kebahagiaan sesama. Bila kebenaran ini sungguh-sungguh terpenuhi dalam tindakan kita yang nyata, maka hidup kita tidak jauh dari kerajaan Allah. Mungkinkah itu terjadi? Jawabannya: mengapa tidak? Kita sendiri dapat melakukannya sesuai dengan kesanggupan kita. Kita percaya dalam Tuhan tak ada yang mustahil.  
    



   


Adhitz Ads