Mungkin ada banyak orang dari antara
kita yang bertanya, di manakah letaknya kerajaan Allah itu? Apakah kerajaan Allah
itu ada di surga ataukah di bumi? Hemat saya, kerajaan Allah itu sesungguhnya
meliputi surga yang didiami Tuhan sendiri bersama segala orang kudus dan para
malaikat-Nya serta dunia yang kita diami ini. Perbedaannya kerajaan Allah di
surga itu mahakudus dan hanya pantas bagi para kudus sedangkan kerajaan Allah
di dunia ini didiami manusia berdosa, yang masih berjuang untuk mengejar
kekudusan. Untuk masuk ke dalam kerajaan para kudus di surga itu manusia
diminta untuk mengimani Tuhan, berharap pada-Nya dan mengasihi-Nya dengan
sepenuh hati, jiwa, tenaga, pikiran dll. Jika tidak demikian maka manusia masih
akan hidup jauh dari kerajaan Allah.
Dalam Injil hari ini ada seorang ahli
Taurat datang kepada Yesus dan bertanya: “Perintah manakah yang paling utama?”.
Lalu Yesus menjawab orang itu dengan mengutip dua perintah utama dan terutama
yang berhubungan dengan Allah dan sesama manusia. Kemudian ahli Taurat itu
membenarkan jawaban-Nya dan Yesus menilai bahwa jawaban orang itu amat
bijaksana, lalu berkata: “Engkau tidak
jauh dari Kerajaan Allah” (bdk Mrk 12:28b-34). Itu berarti setiap orang
yang sanggup mewujudkan kasih kepada Tuhan dan sesama sesuai dengan bunyi hukum
utama itu, maka ia sudah berada dekat dengan kerajaan Allah. Kerajaan Allah
adalah kerajaan kasih, sebab Dia yang memerintah kita adalah kasih. St. Yohanes
menyebut: Allah adalah kasih (1 Yoh
4:8). Kasih Allah terwujud bukan cuma dengan perkataan tetapi dengan perbuatan
dan penyerahan diri yang total guna menebus dosa manusia. Tuhan Yesus rela
meninggalkan kodrat ke-Allah-annya untuk menjadi manusia, merasakan kelemahan
manusia, mau menderita dengan memberi diri sepenuhnya bagi keselamatan manusia.
Dalam penyerahan diri itu kasih Allah terwujud penuh bahkan sempurna tak
tertandingi oleh siapa pun yang pernah hidup di bawah kolong langit ini. Jika
ada manusia lain yang juga rela menderita bagi sesamanya, itu hanya sebuah
bentuk partisipasi dalam penderitaan Yesus saja, guna menebus dosanya sendiri
dan juga dosa sesamanya, tetapi tak akan melampaui pengorbanan Yesus Kristus
sendiri.
Untuk memenuhi perintah Yesus menjadi
rasul bangsa-bangsa St. Paulus juga bekerja dengan penuh pengorbanan. Ia rela
ditangkap dan dibelenggu lalu dijebloskan ke dalam penjara di Roma hingga akhir
hidupnya. Ia sabar menderita semuanya itu demi umat Allah yang dipercayakan
kepadanya supaya mereka mendapat keselamatan dalam Kristus. Paulus mengambil
bagian dalam penderitaan Kristus demi kemajuan kerajaan Allah di dunia ini dan
mempersiapkan diri untuk masuk kerajaan Allah di surga. Lalu ia menulis tentang
keyakinannya kepada jemaat Roma:
"Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut
memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita,
jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal
diri-Nya." (2 Tim 2:8-15). Hidup dalam kasih kepada Allah adalah hidup
bersama Allah, untuk kemuliaan Allah dan kebahagiaan sesama. Bila kebenaran ini sungguh-sungguh terpenuhi
dalam tindakan kita yang nyata, maka hidup kita tidak jauh dari kerajaan Allah.
Mungkinkah itu terjadi? Jawabannya: mengapa tidak? Kita sendiri dapat
melakukannya sesuai dengan kesanggupan kita. Kita percaya dalam Tuhan tak ada
yang mustahil.