Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Minggu, Juni 05, 2016

ALLAH MENGUNJUNGI UMATNYA !



Pada tahun 1989 Paus Yohanes Paulus II, yang kini sudah digelar kudus, mengunjungi beberapa kota di Indonesia: Jakarta, Medan, Yogyakarta, Dili (Timor Leste sekarang) dan Maumere di Flores. Kunjungan ini demikian meriah dan dihadiri oleh ribuan umat di mana-mana. Semua orang yang menyaksikan dari dekat kunjungan ini memberi kesaksian yang hampir sama, kehadiran Paus Yohanes Paulus II ini terasa seperti kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya. Banyak orang menangis karena sukacita, merinding karena merasakan kesalehannya merasuki hati dan jiwa setiap orang, dan pelbagai perasaan sukacita lainnya yang tak dapat dilukiskan. Dengan kata lain ada pengalaman “tremendum et fascinosum” – kegentaran dan kekaguman pada yang Ilahi, seperti rasa gentar dan kagum yang dialami oleh rakyat kecil di kampung, desa dan kota di mana Yesus lewat.

Pengalaman yang sama dialami juga oleh janda Sarfat yang anaknya meninggal saat ia menerima dan menjamu nabi Elia di rumahnya. Mulanya janda ini sangat kecewa karena ia merasa sudah berbuat baik terhadap nabi ini, memberinya makan tetapi sesudah itu anaknya mati. Uangkapan kekecewaaannya bisa kita lihat dari ungkapannya berikut ini: "Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?" (1 Raj 17:18). Namun kemudian sesudah anaknya hidup kembali ia lalu berkata: : "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar." ((1 Raj 17:24). Dari ungkapan terakhir ini ia akhirnya mengagumi kehadiran Tuhan di dalam diri nabi Elia dan percaya bahwa Tuhan menepati janji-Nya kepada semua orang yang memohon pertolongan-Nya. Janda Sarfat itu kemudian mendapatkan segala rahmat yang dia perlukan selama musim kemerau berjalan. Ia tak pernah berkekurangan karena perbuatan baiknya kepada sang nabi Tuhan.

Pengalaman janda Sarfat ini mengingatkan saya akan pengalaman dari begitu banyak orang yang melayani sesamanya dengan perbuatan baik. Ketika mereka memberi dan melayani sesamanya dengan sukarela, Tuhan mencukupkan kebutuhan harian mereka secara berlimpah-limpah. Mengapa? Di dalam perbuatan baik ada kemurahan Allah yang dibagi-bagikan secara cuma-cuma maka secara cuma-cuma juga Allah menggantikan semua kemurahan itu kepada siapa pun yang telah melakukan perbuatan baik itu. Di dalam perbuatan baik orang percaya bahwa Allah akan selalu memelihara mereka seperti burung pipit yang tak berkekurangan meskipun tidak memiliki ladang atau kebun, seperti bunga bakung yang didandan Allah sedemikian cantik melebihi keindahan pakaian raja Salomo.

Dalam Injil Lukas hari ini kita juga mendengar cerita tentang putera seorang janda dari Nain, yang dibangkitkan Yesus dari kematiannya. Jenasah pemuda itu sudah diusung ke tempat pemakaman. Perjumpaan dengan Yesus di pintu gerbang kota sungguh tak terduga. Melihat begitu banyak orang yang menangis Yesus jatuh belaskasihan. Ia menghentikan para pengusung jenasah dan melakukan mujizat kebangkitan. Pemuda yang sudah tidak bernyawa itu bangkit kembali. Semua orang yang menyaksikan  peristiwa itu kagum dan berkata: Allah mengunjungi umat-Nya. Kehadiran Allah dalam diri Yesus sungguh membawa berkat berlimpah. Allah prihatin dengan penderitaan umat-Nya dan selalu mau menolong mereka yang percaya dan berharap (Luk 17:11-17).

Mengapa kemudian Paulus begitu teguh pendiriannya dalam perutusan menjadi rasul bangsa-bangsa? Pengalaman perjumpaan dengan Yesus yang telah bangkit itu telah mengobarkan semangatnya untuk bersaksi. Ia yakin kesaksiannya itu benar sebab ia menerima tugas itu dari Yesus Kristus sendiri. Paulus menulis: “Di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku. Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaat pun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia” (Gal 1:14-16). Paulus tahu bahwa ia lahir di tengah adat istiadat Yahudi dan juga telah memelihara adat itu dengan teguh, namun pengalaman perjumpaan dengan Tuhan terasa lebih berharga dari semua kemuliaan dalam adat istiadatnya, sehingga ia tidak meminta nasihat kepada siapa pun untuk meninggalkan semua itu. Dia meninggalkan semuanya demi kemuliaan yang lebih tinggi, yang diterimanya dari Allah dalam diri Yesus Kristus. Sebab melalui Yesus Kristus, Allah secara langsung mengunjungi dan menyelamatkan umat-Nya. Dalam adat istiadat semua kebenaran yang dia junjung tinggi itu hanyalah semu atau bayang-bayang saja, tetapi dalam Yesus Kristus semua kebenaran itu menjadi nyata dan mutlak tak terbantahkan.

Maka berbahagialah mereka yang selalu membawa dan memperkenalkan Yesus ke mana-mana dalam hidup dan karya mereka. Di dalam Yesus, Allah telah mengunjungi umat-Nya. Amin

Adhitz Ads