Suatu saat seekor burung pipit tersesat
terbang memasuki Gereja, ia menoleh ke kiri dan ke kanan tidak ada orang. Ia
hanya melihat lampu Allah yang menyala di samping tabernakel dan dua lampu
sorot menerangi altar. Matanya memandang sedikit ke atas dan menyaksikan Tuhan
Yesus terpaku pada salib yang besar. Hatinya pun tergerak untuk berdoa lalu ia
memejamkan matanya dan berucap: Tuhan,
malam semakin larut, gelap, dingin dan sunyi. Yang tersisa hanyalah lampu-lampu
di sana terhias bagaikan sinar rembulan. Aku mencoba mengingat seluruh hidupku
sepanjang hari ini, ternyata Engkau selalu menuntun aku. Tuhan ke mana pun aku
terbang ternyata Engkau ada di situ. Terima kasih Tuhan, lindungilah aku di
sini malam ini. Amin (inspirasi dari
buku Doa Seekor Burung Pipit)
Nabi Elia mendapat perintah dari Tuhan
untuk bersembunyi di tepi sungai Kerit, sebelah timur sungai Yordan, sebab
selama tiga tahun Tuhan tidak akan menurunkan hujan atas Israel dan sekitarnya.
Elia hanya bisa minum dari sungai itu dan burung-burung gagak akan membawa
makanan baginya. Memang terjadi demikian! (bdk 1 Raj 17:1-6). Nabi Elia seorang
nabi Tuhan yang saleh dan banyak mujizat yang dikerjakan Tuhan baginya. Dalam
pemerintahan raja Ahab Tuhan membiarkan kekeringan selama 3 tahun atas wilayah
pemerintahannya untuk menyadarkan seluruh umat pilihan akan salah dan dosa
mereka. Akan tetapi Allah tidak membiarkan nabinya mati kehausan dan kelaparan.
Ia tetap dipelihara dengan cara Tuhan sendiri, menyuruh burung-burung gagak
membawa makanan kepadanya.
Nabi Elia juga yakin akan rahmat
pemeliharaan ini sebab ia juga percaya akan iman raja Daud yang telah menulis
mazmur ini: “Aku melayangkan mataku ke
gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari
TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah,
Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur
Penjaga Israel. TUHANlah Penjagamu, TUHANlah naunganmu di sebelah tangan
kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada
waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan
menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai
selama-lamanya” (Mzm 121:1-8).
Meski Daud, Elia dan para kudus lainnya yakin akan penyertaan Tuhan itu, namun ketika derita sering mendera kita dalam banyak kesusahan dan kecemasan, kita pun menjadi lemah dan kuatir. Tuhan Yesus dalam kotbah-Nya di bukit hari ini menyampaikan pesan pengharapan untuk selalu mengandalkan rahmat Tuhan dalam hidup ini. Mengandalkan Tuhan berarti menyerahkan seluruh hidup kepada-Nya dalam sikap lepas bebas dan lemah lembut, dalam ketekunan untuk selalu mencari kebenaran dan melaksanakannya, dalam sikap murah hati untuk menolong sesama yang berkekurangan, selalu tekun, setia dan taat di bawah kehendak Allah, dan selalu bersukacita dalam suka dan duka.....(bdk Mat 5:1-12). Mengapa? Semua sikap ini adalah keutamaan yang senantiasa dipelihara oleh setiap orang yang mengakui kehadiran dan ganjaran Tuhan atas hidup manusia.
Perjuangan kita memang tak pernah mulus,
hidup kita sering tidak sejalan dengan cita-cita dan harapan. Seperti burung
pipit juga tersesat, namun dalam situasi itu ia melihat ada Tuhan di tempat di
mana ia berada. Lalu ia berdoa serta meletakkan seluruh harapan pada-Nya !