Hidup ini, menurut kata orang, ibarat
sebuah pertandingan yang harus diselesaikan dengan baik sesuai lamanya waktu
yang telah ditentukan. Kalau kita bermain sepak bola, misalnya, kita harus
bermain 90 menit, dengan pause 15 menit, kecuali kalau pelatih menghendaki kita
harus diganti orang lain karena cedera atau kontribusi kita kurang memuaskan
atau juga karena hal-hal istimewa lainnya. Namun kita semua ingin agar
partisipasi kita di dalam pertandingan itu harus tuntas sampai waktu yang
ditetapkan itu selesai. Kalah atau menang tergantung pada banyak faktor, tetapi
kita senang kalau seandainya kita bertanding hingga selesai dan kita menang.
Kata pemazmur usia manusia itu 70 tahun
jika kuat 80 dengan bermacam-macam penderitaannya. Hidup itu, memang ibarat
sebuah pertandingan yang harus diselesaikan dengan baik sesuai dengan cita-cita
kita, saat kita mulai memiliki pengertian untuk menciptakan visi misi
kehidupan, dalam bimbingan kasih Allah yang menciptakan kita. Usai
pertobatannya St. Paulus sadar akan visi misi mengapa ia “ditangkap” Tuhan
menjadi rasul para bangsa. Dalam menjalankan visi misi itu ia berusaha
melakukan pekerjaannya dengan baik, dan ketika sudah hampir mendekati titik
akhir dari kehidupannya itu, ia menasihati Timoteus muridnya, agar terus
menerus memberitakan sabda Allah, baik atau tidak baik waktunya, dengan sabar,
sambil menjaga diri agar bebas dari semua dongeng-dongeng palsu. Kebenaran itu bukan
sebuah dongeng tetapi sebuah hikmat yang datang dari Tuhan, yang menuntun kita
kepada kehidupan dan yang harus disampaikan dalam pengajaran-pengajaran (bdk 2
Tim 4:1-5).
Tentang dirinya, Paulus mengatakan: “Mengenai diriku, darahku sudah mulai
dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah
mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah
memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan
dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan
hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan
kedatangan-Nya” (2 Tim 4:6-8). Paulus merasa bahwa ia sudah berada di
menit-menit akhir dari pertandingan kehidupan ini, namun ia bersyukur bahwa ia
mampu menyelesaikan visi misi Tuhan dalam pelayanannya. Ia telah memelihara
imannya akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dan mewartakannya
kepada segala bangsa. Ia yakin bahwa ia akan menerima mahkota kemuliaan dari
Tuhan sendiri, sebagai ganjaran atas pekerjaannya yang baik dan tuntas itu.
Tuhan Yesus dengan gayanya yang lugas
mengeritik cara hidup ahli Taurat yang suka mencari hormat di mana-mana.
Sebaliknya Ia memuji iman dan sikap seorang janda miskin tetapi baik dan sangat
mengandalkan Tuhan. Janda itu memberi seluruh penghasilannya kepada Tuhan ke
dalam peti derma sebab dia yakin bahwa hidupnya tak akan berkekurangan kalau ia
memberi semuanya untuk Tuhan. Ia percaya Tuhan itu mahabaik dan memelihara
hidupnya sampai ia menyelesaikan pertandingan hidupnya di dunia ini. Setiap
pertandingan ada dalam rancangan Allah, dia hanya berusaha untuk menjadi pelaku
yang baik dalam pertandingan itu agar bisa mendapat mahkota kehidupan dalam
kerajaan-Nya! Amin