Sekali lagi kita belajar dari ibu burung
pipit. Ketika telur-telurnya telah menetas ia memiliki banyak anak. Sebagai ibu
yang bertanggung jawab ia harus memelihara anak-anaknya dengan makanan. Sebelum
ia pergi, ia berdoa demikian kepada Tuhan: “Tuhan
aku hanya butuh beberapa bulir padi. Tuntunlah aku untuk mendapatkan
bulir-bulir padi itu”! Setelah ia mendapatkannya, ia berdoa lagi: “Tuhan, yang kubawa hanyalah setangkai
padi untuk anak-anakku hari ini. Terima kasih untuk rejeki hari ini. Namun
mengapa masih banyak manusia yang kuatir akan hari esoknya?”
Sungai Kerit seberang sungai Yordan,
tempat Elia bersemadi ikut kering, burung gagak juga tidak mendapatkan makanan
untuk nabi Elia, akibat kekeringan yang berkepanjangan. Tuhan menyuruh Elia
untuk pergi ke Sarfat dan menemui seorang janda yang bisa membantunya memberi
makanan. Ketika ia tiba di Sarfat, ia melihat seorang janda sedang mencari kayu
api. Kepada janda itu Elia meminta agar memberinya roti. Janda itu keberatan
karena ia hanya mempunyai segenggam tepung untuk membuat seketul roti dan
sesudahnya ia serta anaknya tidak akan mendapat apa-apa lagi. Tetapi Elia tetap
meminta janda itu untuk mengambil sedikit dari tepung yang tersisa itu dan
membuat roti baginya. Elia berjanji bahwa selama musim kemerau yang sedang
berlangsung janda itu tak akan kehabisan tepungnya. Janda itu melakukan
permintaan Elia dan memang janji Elia atasnya dipenuhi Tuhan. Janda Sarfat itu
dan anaknya sungguh hidup dari segenggam tepung itu dan minyak dalam
buli-bulinya hingga musim hujan tiba (bdk 1Raj 17:7-16).
Tuhan memelihara setiap orang yang berbuat
baik, bahkan memberi ganjaran berlimpah karena perbuatan baik yang mereka
lakukan itu. Tuhan selalu memenuhi janji-Nya yang kudus kepada mereka yang
melakukan perintah-Nya. Kata Yesus sendiri: “berbahagialah orang yang murah
hatinya sebab mereka akan memperoleh kemurahan” (Mat 5:7). Janda Sarfat dan
anaknya memperoleh kemurahan Allah karena ia telah bermurah hati kepada nabi
Elia.
Perbuatan baik itu, kata Yesus, ibarat
sebuah pelita yang diletakkan di atas kaki dian dan menerangi seluruh ruangan,
sehingga tak ada satu pun tempat yang kelihatan gelap melainkan menjadi terang
benderang semuanya. Kata Yesus pula: “Demikianlah
hendaknya cahayamu bersinar di depan orang agar mereka melihat perbuatanmu yang
baik dan memuliakan Bapamu di surga” (Mat 5:16). Ya, mungkin perbuatan baik
kita hanya sebanyak segenggam tepung, mungkin hanya sehitam kuku, atau juga
sehelai rambut, tetapi jika dilakukan dengan penuh kasih karena Tuhan, maka
perbuatan baik itu sudah cukup bercahaya di depan orang. Orang yang melihatnya
akan memuliakan Allah. Melalui perbuatan baik kita yang sedikit itu orang yang
melihatnya menjadi yakin ada kebaikan Allah di sana. Jika Tuhan mengganjari
semua orang yang berbuat baik dengan rahmat-Nya yang berlimpah, maka
sesungguhnya kita tak perlu cemas akan hari esok. Keadaan hari esok bergantung
pada perbuatan baik kita hari ini....!