Seorang pastor Eropa marah-marah kalau
umatnya memberi nama anak saat baptis dari nama-nama para bintang film atau
nama di luar nama orang kudus. Dia selalu menekankan pemberian nama anak itu
harus mempunyai arti yang positip atau harus diambil dari nama para kudus
karena nama orang kudus sudah memiliki arti tertentu dalam Gereja.
Sungguh merupakan pengalaman rohani yang
luar biasa bagi Zakharia ketika melihat malaikat datang kepadanya menyampaikan
berita sukacita bahwa Elisabet istrinya yang sudah berusia lanjut itu akan
melahirkan seorang anak laki-laki yang harus diberi nama YOHANES yang berarti
anugerah atau belaskasih YAHWEH. Ada juga yang menafsir: Yohanes berarti pembawa
berita. Bagi saya entah Yohanes berarti anugerah Yahweh atau pembawa berita,
bukan menjadi bahan diskusi yang penting, sebab yang terpenting melalui
kehadiran Yohanes Pembaptis Yahweh mempersiapkan kedatangan putera-Nya. Itu berarti
Allah mulai mulai mewujudkan rencana keselamatan manusia dan secara nyata
membuka pintu rahmat yang baru – anugerah belaskasih bagi umat-Nya. Yohanes biasa
disebut sebagai bentara Kristus, nabi yang mempersiapkan kedatangan Yesus
Kristus.
Sejak saat kelahirannya pemberian nama
oleh ayahnya Zakharia, mujizat bisu yang dialami oleh Zakharia sendiri sudah
membuat orang sedesanya bertanya-tanya, mau jadi apa anak ini kelak? Seluruh peristiwa
seputar kelahirannya menjadi buah tutur yang tak habis-habisnya bagi mereka
semua. Yohanes sungguh anak ajaib. Lahir dari seorang ibu yang secara alamiah
tak mungkin melahirkan anak. Tetapi karena Tuhan memiliki tujuan khusus atas
hidup manusia, maka segala yang tak mungkin dimungkinkan-Nya. Yohanes kemudian
hidup dan bekerja sesuai namanya (bdk Luk 1:57-66.80)
Kelahiran dan pekerjaan Yohanes Pembaptis
menjadi argumentasi Paulus ketika ia berdebat tentang siapa itu Yesus Kristus terhadap
orang Yahudi yang tidak menerima kesaksiannya tentang Yesus saat ia mengajar di
Antiokhia. “Menjelang kedatangan-Nya
Yohanes telah menyerukan kepada seluruh bangsa Israel supaya mereka bertobat
dan memberi diri dibaptis. Dan ketika Yohanes hampir selesai menunaikan
tugasnya, ia berkata: Aku bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia akan datang
kemudian dari padaku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak. Hai
saudara-saudaraku, baik yang termasuk keturunan Abraham, maupun yang takut akan
Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita” (Kis 13:24-26).
Tentang panggilan menjadi utusan Tuhan
bagi Yohanes Pembaptis dan bagi semua orang yang percaya akan eksistensi serta
peran Allah di tengah dunia dan hidup manusia, sesungguhnya telah menjadi
keyakinan para nabi Perjanjian Lama. Nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini
mengatakan tentang dirinya: “Dengarkanlah
aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! TUHAN telah
memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut
ibuku. Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku
berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah
yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya. "Terlalu
sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub
dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku
akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang
dari pada-Ku sampai ke ujung bumi." (Yes 49:1.6). Dengan pandangan ini
Yesaya yakin bahwa dia telah ditetapkan untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa,
karena itu ia tidak takut untuk mengatakan semua kebenaran Allah dalam menuntun
hidup bangsa terpilih ini. Ia juga tidak takut untuk mengeritik cara hidup yang
tak benar yang dilakukan bangsanya. Itu memang tugas seorang nabi.