Menjelang zaman akhir akan ada banyak
nabi palsu yang menyesatkan banyak orang dan menjauhkan mereka dari kebenaran.
Mereka akan mengatakan segala yang terjadi di dunia dewasa ini adalah kemajuan
cara pikir manusia modern dan kita bisa mengabaikan hukum-hukum Gereja yang
tidak memperhatikan perkembangan baru. Mereka bernubuat, mengerjakan
mujizat-mujizat dan tanda-tanda dengan cara mereka sendiri. Mereka akan
mengarahkan orang untuk menyembah Tuhan yang mereka percaya melalui logika dan
ilmu pengetahuan, melalui keterampilan dan permainan sulap, melalui
latihan-latihan fisik serta meditasi-meditasi atas nama kebenaran dan Kitab
Suci. Para pengikutnya akan mengagumi mereka saja dan mengatakan bahwa tanpa
peran Tuhan manusia pun bisa melakukan hal-hal ajaib dari kekuatannya, sebab
Allah bisa karena biasa, manusia juga bisa karena biasa!
Di Israel berkeliaran sebanyak 450 orang
nabi Baal. Mereka telah menyesatkan banyak orang dengan ajarannya yang sesat
dan palsu. Tuhan mendorong Elia untuk menantang para nabi Baal ini dan meminta
raja Ahab untuk mengumpulkan seluruh rakyat serta nabi-nabi itu untuk bertanding,
agar melihat siapa nabi yang benar dan siapa nabi palsu. Nabi Elia ataukah nabi
Baal itu yang benar? Cerita yang amat menarik ini akhirnya dimenangkan nabi
Elia, sebab dia nabi yang berasal dari Allah, sedangkan para nabi Baal itu
mendapat hukuman mati setimpal dengan kesesatan yang mereka lakukan, mereka
melawan ajaran yang benar dan menjauhkan hati bangsa terpilih dari penyembahan
terhadap Allah Abraham, Ishak dan Yakub (1 Raj 18:20-39) (agar bisa mengerti ceritanya sebaiknya dibaca). Elia telah menjadi
terang dan garam dunia bagi bangsa terpilih sehingga bangsa itu luput dari
ajaran-ajaran sesat para nabi Baal.
Penyesatan dan segala ajaran palsu yang
kini beredar melalui buku-buku, seperti yang ditulis oleh para pengikut Gereja
Setan, para pendukung perkawinan sejenis, pendukung aborsi, kekerasan atas nama
agama, kesesatan yang beredar di medsos dan internet, brosur dll itu tidak
boleh didiamkan tetapi kita perlu terus menerus berusaha mewartakan yang benar,
meluruskan yang bengkok, meratakan yang lekak lekuk, menimbun lembah-lembah
gersang yang merusak pikiran dan hati manusia beriman. Misi kenabian kita
sebagai pengikut Yesus Kristus hendaknya dimanfaatkan sedemikian rupa agar hati
semua orang tetap diarahkan kepada pujian dan penyembahan hanya bagi Allah,
melalui Putera-Nya Yesus Kristus. Kata Yesus dalam Injil kemarin bahwa hendaknya
“kamu
menjadi terang dan garam dunia”.
Dalam injil hari ini Tuhan Yesus
mengatakan: "Janganlah kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.
Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu
iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya
terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat
sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia
akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa
yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan
menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga” (Mat 5:17-19).
Para penafsir yang ingin membela korban
Perjanjian Lama seringkali memakai ayat-ayat ini sebagai alasan pembenaran
terhadap dualisme yang kini marak dipraktekan dalam agama katolik atas nama
inkulturasi. Sedangkan ahli Kitab Suci tidak memakai ayat ini untuk maksud
pembenaran itu. Mereka mengatakan: “di
sini Yesus mulai memperkenalkan hukum yang baru, yang jauh berbeda dengan apa
yang sering dicari dalam suatu agama: perbuatan-perbuatan yang perlu dilakukan,
puasa-puasa, doa-doa, pekerjaan-pekerjaan baik yang dapat digunakan orang untuk
mencapai keselamatan. Ia sendiri dalam banyak hal melanggar hukum Taurat
misalnya melanggar aturan hari Sabat, mencuci tangan dll, Yesus tidak mengacu
pada perintah-perintah Allah tetapi sebaliknya ingin menegaskan bahwa agama
yang didirikan di atas Kitab Suci Perjanjian Lama hanya sebuah langkah
sementara, namun penting dalam sejarah keselamatan. Semua nubuat harus
terpenuhi: ritus-ritus dari korban-korban itu mengungkapkan secara terselubung
misteri dosa dan pengampunan yang akan terpenuhi dalam karya Yesus Kristus.
Dengan Yesus terjalinlah persahabatan sempurna dan definitif antara Allah dan
manusia.
Bagi
kita, menaati hukum-hukum Kitab Suci bukanlah tujuan. Hukum-hukum adalah
ungkapan dari kasih sejati dan adalah petunjuk-petunjuknya. Dengan menaati
hukum-hukum kita menjadi lebih peka terhadap bimbingan Roh Kudus yang akan
menuntun kita. Dengan demikian kita bisa mencapai “kebenaran atau kesempurnaan
yang lebih tinggi” dari pada “kebenaran” para ahli hukum Taurat pada zaman itu,
yaitu ahli Taurat dan kaum Farisi” (dikutip
dari Kitab Suci Komunitas Kristiani Edisi Pastoral Katolik hal 17 Injil Matius)
Demikian pun pada zaman ini banyak orang
terjerumus ke dalam kesesatan atas nama hak azasi manusia. Mereka dengan mudah
menerima segala hal yang bertentangan dengan hukum Tuhan karena menjunjung
tinggi hak azasi. Bukankah cerita Sodom dan Gomora itu adalah sebuah kisah sejarah
kejahatan yang tidak diterima kebenarannya oleh Tuhan sendiri, lalu membiarkan
hukuman terjadi atas dua kota itu? Jika ajaran para nabi Baal di zaman ini dibiarkan
hidup di tengah kita, bukan tidak mungkin bumi ini akan bakal dibersihkan lagi
dari dosa Sodom dan Gomora....