Kalau kita termasuk orang yang pandai
membeli ikan (ikan basah) di pasar, kita bisa tahu mana ikan baik dan mana ikan
buruk (busuk). Dari segi jenis ikan, kita harus tahu nama ikannya. Dari segi
lamanya ikan itu sudah ditangkap dapat kita perhatikan warna mata dan
insangnya. Jika warna mata dan insangnya sudah memutih berarti ikan itu buruk
dan hampir membusuk. Sebaiknya jangan dibeli sebab rasanya pasti tidak enak.
Hari ini Tuhan Yesus menyampaikan
perumpamaan tentang seorang nelayan yang menangkap ikan dengan pukatnya. Ikan
yang ditangkap ada yang baik dan ada yang buruk. Yang baik dimasukkan ke dalam
pasu dan yang buruk dibuang. Itu berarti yang membedakan baik dan buruk di sini
dilihat dari jenis ikan. Sebagai anak pantai dan sering menangkap ikan di laut
serta yang tahu jenis ikan, saya boleh mengatakan bahwa ikan disebut baik itu
karena: bentuknya bagus, dagingnya enak atau gurih bila dimasak/dibakar dan
dimakan. Sedangkan ikan yang buruk itu bentuknya jelek dan dagingnya tidak enak
serta ada juga yang beracun. Perumpamaan ini hendak membandingkan sifat manusia
yaitu ikan baik adalah orang-orang yang sifatnya baik dan menyenangkan, sifat
dan sikap yang berkenan di hadapan Tuhan, sebaliknya ikan yang buruk adalah orang-orang
yang sifat dan sikapnya bertentangan dengan kehendak Tuhan (bdk Mat 14:47-53). Bila
kita digolongkan dalam ikan yang baik maka kita akan disatukan dalam kerajaan
Allah (pasu), sebaliknya bila kita tergolong ikan yang buruk kita akan dibuang.
Sebagai orang yang beriman kita akui bahwa
tidak semua kita suci, pantas dan baik di hadapan Tuhan dan sesama. Pada satu
pihak mungkin kita memiliki banyak kehebatan tetapi pada pihak lain kita juga memiliki
banyak kelemahan. Menurut bacaan pertama hari ini, sebagai manusia yang
memiliki banyak kelemahan dan keterbatasan, kita diajak agar selalu kembali
menghadap Tuhan. Melalui nabi Yeremia, Tuhan mengatakan bahwa manusia itu seperti
tanah liat di tangan tukang periuk, apabila bentukan pertamanya rusak maka ia harus
dibentuk kembali agar bentukannya sesuai dengan keinginan tukangnya. Tuhan itu
tukang periuk, tanah liat itu kita umat anak-anak-Nya. Tuhan selalu ingin
membentuk hidup kita sesuai dengan keinginan-Nya, supaya kita selamat atau
menjadi ikan yang baik, jika hidup kita dirusak oleh dosa maka kita perlu kembali
kepada-Nya supaya dapat dibentuk kembali oleh-Nya dengan rahmat pengampunan
(bdk Yer 18:1-6).
Dalam kenyataan hidup ini, ada orang yang
merasa senang dengan kejahatan, walaupun itu bukan cara hidup yang benar, tetapi
sayangnya bila tidak bertobat, mereka akan menjadi orang yang terbuang. Tetapi kita
bersyukur bahwa ada banyak orang yang senang dengan kebaikan, hidup sesuai
kehendak Tuhan. Kiranya cara hidup yang benar ini patut diwariskan secara turun
temurun kepada anak cucu dan ecep lence, dst. Amin