Persaudaraan kristiani adalah
persaudaraan yang universal tanpa batas agama, suku, bangsa dan negara. Sebab
kita semua adalah makluk ciptaan Allah yang sama, dengan cap citra Allah,
bernafaskan nafas Allah, ditebus oleh Allah agar semua masuk surga. Saling
tolong menolong sebagai saudara atas dasar cinta kasih merupakan dasar yang
utama dan kokoh dari semangat persaudaraan itu. Patron utamanya tidak lain
adalah Yesus Kristus sendiri.
Orang yang menegaskan ajaran di atas
adalah Yesus sendiri dan juga St. Paulus, dalam Injil dan surat Paulus hari
ini. Yesus membeberkan contoh praktis dari persaudaraan yang universal itu
ketika menyampaikan cerita tentang orang Samaria yang murah hati. Ia menolong
bukan hanya sesama Samaria tetapi seorang Yahudi yang mencap Samaria itu orang
kafir. Ajaran Yesus ini sungguh merupakan sindiran tajam bagi orang Yahudi yang
sangat eksklusif dalam cara pandang mereka tentang persaudaraan itu. Persaudaraan
Yahudi itu sempit, hanya boleh terwujud di antara Yahudi saja. Di luar Yahudi
itu tidak. Dengan pengajaran tentang Samaria yang baik hati, Yesus ingin
memperluas wawasan mereka tentang makna persaudaraan itu, sebab Kristus wafat
dan bangkit untuk semua orang. Wawasan inilah yang kemudian menggerakkan hati
para pemimpin dunia untuk mendirikan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), sebuah
lembaga yang mengatur kerja sama dalam pelbagai bidang guna menjaga kestabilan
setiap Negara untuk menikmati kemerdekaa, kedaulatan dan identitasnya sebagai
suatu Negara.
St. Paulus dalam suratnya kepada orang
Kolose mengatakan hari ini: “Yesus itu
kepala tubuh, Dia itu yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati,
sehingga IA menjadi lebih utama dari segala sesuatu. Oleh karena Dia maka
segala sesuatu dapat diperdamaikan dengan Allah” (Kol 1:18-20). Kepala itu
nakhoda utama dalam kepemimpinan Kristiani. Jika nakhoda utamanya sudah membuka
jalan keutamaan itu demi kasih-Nya itu maka semua pengikut-Nya wajib mengikuti
jalan itu. Cara pandang persaudaraan kita yang eksklusif hendaknya beralih ke
sifatnya yang universal. Dunia ini menjadi milik kita bersama yang diatur dalam
batasan tata tertib universal tetapi karena derajat sama sebagai citra Allah.
Orang Yahudi sendiri sesungguhnya telah
memiliki Taurat tentang Sabda Allah, seperti diungkapkan dalam bacaan pertama
hari ini. Pada akhir bacaan tadi Musa mengeaskan: “Sabda itu sangat dekat padamu, yakni dalam mulutmu dan di dalam
hatimu, hendaklah engkau melaksanakannya” (Ul 30:14). Ia dekat karena Ia
telah menjelma menjadi manusia. Ia ada dalam mulut dan hatimu karena Dia
menjadi kepala atas kita semua, dan kita
adalah anggoa tubuh-Nya. Mulut dan hati kita menjadi mulut dan hati-Nya.
Kalau Dia mengatakan bahwa “sesamamu
adalah saudaramu” itu adalah wujud dari keanggotaan kita dalam persekutuan
kristiani itu, di mana Ia sendiri menjadi kepalanya. Sebarluaskan berita ini
kemana saja, ke segala ujung bumi, agar semangat kasih itu menyebar bagaikan api
yang ditiup angin dan membakar hati seluruh penghuni bumi ini untuk berkata:
mari kita hidup dalam persaudaraan, karena aku dan engkau adalah saudara !