Menangis adalah aktivitas fisik pada
manusia. Namun aktvitas ini bukan tanpa makna. Ada berbagai macam arti dari
tangisan manusia. Ada yang menangis karena gembira, sedih, sakit, ada yang
menangis karena cita-cita tercapai, ada yang menangis karena gagal, ada yang
menangis karena rindu, ada yang karena ikut berempati, ada yang terjadi karena
mendapat pengampunan atas sebuah kesalahan, dll. Melihat semua itu tangisan
atau air mata mempunyai arti yang amat berbeda-beda pada setiap orang.
Dalam hubungan dengan Tuhan tangisan
mempunyai banyak arti juga seperti ungkapan rasa rindu untuk berjumpa dengan
Tuhan karena sudah lama tidak merayakan ekaristi misalnya, ungkapan rasa syukur
karena merasa tersentuh oleh sabda Tuhan dalam adorasi, terharu karena mendapat
jamahan kasih saat ditumpangi tangan ketika didoakan, mengalami kesembuhan
fisik saat acara kebangunan rohani, mengalami sukacita saat doa pencurahan Roh
Kudus dst.
Hizkia raja Yehuda mengalami sakit
berat. Nabi Yesaya sudah bernubuat bahwa tidak lama lagi ia akan mati.
Mendengar nubuat ini ia berdoa sambil menangis memohon belas kasihan Tuhan agar
boleh mendapat tambahan usia, sebagai ganjaran atas kesetiaan dan ketaatannya
di hadapan Tuhan selama hidupnya hingga saat itu. Tuhan mendengar doanya dan
berkata: “Telah Kudengar doamu dan telah
Kulihat air matamu. Sungguh Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun
lagi”......(Yes 38:1-6.21-22:1-8). Doa dan air mata Hizikia telah mengubah
rencana Tuhan atas hidupnya. Tuhan memberi waktu tambahan dalam usianya karena memang ia setia
dan taat. Tangisan dalam doa di sini memiliki kekuatan untuk mengetuk hati
Tuhan agar bisa mengubah rencana-Nya. Tampaknya Allah terharu mendengar doa
yang disertai air mata. Air mata Hizkia bukan sekedar air mata tetapi air mata
iman sekaligus harapan untuk mendapatkan belaskasih Allah.
Tuhan Yesus dan para murid-Nya lapar
saat melintasi ladang gandum pada hari Sabat. Mereka memetik gandum itu dan
memakannya. Namun orang Farisi yang melihat hal itu mengeritik mereka karena
melanggar aturan Sabat. Namun Yesus menjawab mereka dan berkata bahwa Ia
berkuasa atas hari Sabat. Orang lapar perlu makan, perlu kekuatan untuk
melanjutkan perjalanan. Allah paham akan kebutuhan dasar ini sehingga
menurut-Nya ini bukan pelanggaran serius, yang menimbulkan dosa dan batu
sandungan bagi sesama. Allah lebih berempati pada kebutuhan dasar ini,
kebutuhan untuk hidup. Di sini Yesus mau mengatakan bahwa belaskasih Allah jauh
lebih besar dari pada aturan manusia.