Menurut cara pikir lama menjadi nabi itu
merupakan pekerjaan yang sulit. Sebab pekerjaan nabi itu bukan hanya mewartakan
sabda Tuhan melainkan juga menasihati sesama agar hidup benar, mengungkapkan dosa
manusia agar bertobat, menuntun sesama agar hidup jujur, adil dan benar. Dengan
demikian seorang nabi hendaknya pandai berbicara dan fasih berkotbah.
Menyadari tugas yang demikian berat,
Yeremia, bin Hilkia, menolak panggilan Tuhan untuk menjadi nabi. Ia berkata: “Ah
Tuhan, aku tidak pandai berbicara sebab aku ini masih muda”. Akan tetapi Tuhan
menjawab dia kata-Nya: : "Janganlah
katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah
engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah
takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, Sebelum
Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum
engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah
menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." (bdk Yer 1:7-8).
Apa makna sesungguhnya dalam panggilan
Yeremia di atas bagi kita? Menurut hemat saya, Tuhan membutuhkan kita menjadi corong-Nya. Kalau Tuhan membutuhkan
kita, tujuannya tidak lain agar kita bisa mengambil bagian dalam pekerjaan-Nya.
Karena itu hal-hal ini yang perlu kita pahami panggilan itu dalam iman:
1.
Tuhan
mencintai kita dan memerlukan kita untuk mengambil bagian dalam misi
keselamatan manusia.
2.
Misi
keselamatan ini amat penting, apalagi dalam dunia yang penuh godaan dan dosa
seperti sekarang ini.
3.
Tuhan
telah menetapkan tujuan-Nya sendiri dalam setiap panggilan itu, jaminan-Nya
adalah Dia sendiri. Semua orang harus berjalan di jalan keselamatan itu.
4.
Panggilan
Tuhan bukan terjadi dengan syarat kalau kita sudah pandai berbicara atau berusia
lanjut melainkan sudah direncanakan sejak dalam kandungan ibu.
5.
Tuhan
tahu apa yang direncanakan-Nya dan apa yang hendak dibuat-Nya dalam diri mereka
yang dipanggil itu.
Dengan meihat hal-ha ini maka tak ada
alasan apapun bagi kita untuk menolak panggilan Allah. Kita dapat mengambil
bagian dalam tugas kenabian itu menurut cara dan kedudukan kita masing-masing. Manusia
dengan segala persoalannya perlu dikeroyok bersama dalam
memperbaikinya.
Apakah tugas warta kenabian itu diterima
atau tidak, tugas kita adalah menabur saja. Perumpamaan Yesus dalam Injil hari
ini mengajak kita untuk menabur dan menabur. Apakah benih itu akan jatuh di
tanah berbatu, berduri, di pinggir jalan ataukah di tanah subur, tugas kita
adalah menabur saja. Tak ada pekerjaan Tuhan yang akan menjadi sia-sia saja. Kita
cumalah penabur, Dia yang akan memelihara dan menyuburkannya (bdk Mat 13:1-9)
Terdorong oleh semangat inilah maka “saya
menganggapnya sebagai suatu kerugian bila saya melewati satu hari tanpa menulis
sesuatu untuk direnungkan”. Sabda Tuhan adalah pelita bagi kaki dan terang bagi
jalan”!