Seringkali kita heran melihat kecerdasan
inetelektual dan karakter yang kuat pada orang-orang yang tidak bependidikan tinggi,
mereka tampak sangat bijaksana dalam bercerita, dalam memberi nasihat, ketika
membuat keputusan atas sebuah perkara, sangat puitis dalam mengungkapkan
kata-kata saat upacara menyambut tamu dan acara-acara religius. Kita
terkagum-kagum mendengarnya, sebab mereka sering mengungkapkannya dengan sangat
mengalir dan enak kedengaran di telinga. Seperti halnya kalau kita mendengar
orang-orang yang bermain pantun berbalas-balasan pada mereka yang biasa
berpantun, dll.
Pandai mengucapkan kata-kata bijaksana
itu termasuk salah satu karunia Roh Kudus, pemberian dari atas, dari Tuhan atas
diri seorang anak manusia. Karunia ini termasuk karunia untuk menguduskan, yang
menuntun seseorang agar bijaksana, benar, jujur, saleh dan adil dalam kata dan
perbuatan. Kelebihan ini dimiliki orang-orang kecil dan kurang berpendidikan karena
mereka memiliki rasa takut yang tinggi terhadap Sang Pemberi kehidupan ini. Kadar
integritas mereka tinggi, sebab mereka yakin dengan cara hidup seperti itu
mereka akan mendapat banyak berkat dari Tuhan.
Sebaliknya orang-orang yang cerdik
pandai sering merasa diri tahu tentang banyak hal, karena itu mereka lebih
banyak mengandalkan diri sendiri, suka berdalih atau berargumentasi, ingin
menonjolkan kepandaian lalu terjerat dalam kesombongan intelektual. Kebijaksanaan
yang mereka miliki lahir dari pikiran sendiri, yang sudah dirasuki dosa kesombongan
itu dan akhirnya tidak suka mendengar orang lain. Olehnya kita bisa menyaksikan
banyak keputusan yang tidak adil, mengecewakan dan membuat orang banyak marah. Dengan
demikian kita tahu dan belajar bahwa di mana ada kesombongan di situ ada
ketidakadilan dan kejahatan. Yesaya melukiskan dosa kesombongan itu dengan
membandingkan kapak yang suka memegahkan diri terhadap orang yang memakainya.
Kapak tidak merasa bahwa kalau tidak ada orang yang memanfaatkannya, ia menjadi
tak berguna, tetapi ketika dimanfaatkan ia merasa diri lebih hebat dari
penggunanya (bdk Yes 10:13-16)
Ucapan syukur Yesus kepada Bapa-Nya, dalam
Injil hari ini, justru berhubungan dengan pujian akan integritas orang-orang
kecil. Mereka bisa mendapatkan segala karunia yang mereka minta dari Tuhan
karena kejujuran mereka, serta adil dan benar dalam kata dan perbuatan (bdk Mat
11:25-27). Jika ingin memiliki kebijaksanaan sejati, yang berasal dari Tuhan
sendiri, integritas kepribadian (jujur, adil dan benar) adalah kunci kehidupan yang
tepat untuk mendapatkannya.