Ada pepatah bahasa Indonesia yang
berbunyi sebagai berikut: Malu bertanya
sesat di jalan. Pepatah ini ingin menggambarkan kepada kita bahwa salah
satu sifat yang kurang terpuji pada masyarakat Indonesia adalah perasaan malu. Malu
bertanya, malu meminta, malu mengambil bagian dalam tugas pelayanan di gereja
(untuk menjadi dirigen, pemain organ, koor, lektor, penyanyi mazmur, misdinar)
sehingga sukar sekali mendapatkan orang untuk menjalankan tugas-tugas seperti itu,
akibatnya orang yang sama saja tampil di depan. Lebih buruk lagi kalau kita
malu meminta, meskipun kita ingin mendapatkan sesuatu yang kita perlukan, misalnya
makanan, air atau lain-lain, saking malu akibatnya kita kelaparan, kehausan, malu
meminta doa meskipun kita membutuhkannya maka kita kehilangan kesempatan mendapatkan
rahmat yang kita perlukan. Jika malu meminta kita akan kehilangan banyak rahmat
yang bisa kita dapatkan dalam hidup ini.
Yesus dalam Injil hari ini menganjurkan
kepada kita supaya : “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka
kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap
orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap
orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan” (Luk 11:1-13). Cara yang paling
baik untuk meminta kepada Bapa di surga yaitu seperti doa yang diajarkan-Nya
tadi, Doa Bapa Kami. Doa ini singkat
(tidak bertele-tele), isinya padat dan tujuannya jelas. Namun daya dan kuasa
doa ini sungguh luar biasa (bdk Renungan tentang Doa Bapa Kami (16 Februari
2016). Mengapa kita perlu meminta?
1.
Dalam
permintaan kita percaya Allah yang disebut Bapa itu mahabaik, mahamurah, rela memberi
apa yang kita minta jika sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam permintaan kita
menunjukkan bahwa tanpa pertolongan Allah kita tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam
permintaan kita juga menunjukkan semangat kerendahan hati kita di hadapan
Allah. Contoh dalam bacaan pertama hari ini sangat jelas, bagaimana Abraham
seperti seorang anak kecil dalam permintaannya melakukan penawaran terhadap
Allah (Mat 13:24-30)
2. Karena
jasa Yesus Kristus kita yang percaya sudah diangkat menjadi anak Allah. Sebagai
anak kita memiliki hak dan warisan kekayaan dari kerajaan Allah. Kata Paulus dalam
suratnya tadi: “Bersama Kristus kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam
Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah,
yang telah membangkitkan Dia dari orang mati”. Dengan alasan kita kita diberi
kebebasan untuk meminta segala rahmat dan berkat yang kita butuhkan dari Tuhan
kita.
Akan tetapi sesudah meminta kita jangan
lupa mengucap syukur atas semua pemberian Tuhan dari yang terkecil hingga yang
terbesar, segala hal yang sudah kita terima dalam hidup ini, terutama rahmat
kehidupan yang kita alami setiap hari melalui nafas kehidupan, matahari yang
setiap hari terbit dan terbenam secara teratur, melalui musim panas dan hujan
yang bergantian setiap tahun, melalui orang tua yang memelihara kita sejak
dalam kandungan ibu hingga mereka dipanggil Tuhan, melalui jenjang pendidikan
yang lalui dari kanak-kanak hingga perguruan tinggi, melalui donatur dan para
sponsor yang memberi kita banyak sumbangan, melalui siapa saja yang mendampingi
kita dalam perjalanan hidup ini hingga kita dipanggil Tuhan.
Semua kebaikan ini mereka lakukan untuk
kita karena mereka memiliki iman akan Tuhan yang mahabaik yang mengajarkan
mereka untuk berbuat baik, untuk memberi, mengasihi, dst. Kita perlu bersyukur
supaya kita tidak dicap sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih seperti
kata pepatah: bagaikan kacang lupa akan
kulitnya. Manusia yang beriman bukan hanya tahu meminta tetapi juga harus
tahu bersyukur. Meminta dan bersyukur itu seperti jalan yang terbagi menjadi
dua arah: ada arah untuk meminta, ada
arah untuk bersyukur.
Dalam ucapan syukur kita sadar dan
percaya bahwa:
1.
Kita
hidup, maju dan berkembang dan bisa memilki banyak karena berkat Tuhan.
2. Dalam
hidup ini Tuhan tak pernah meninggalkan kita berjalan sendirian. Dia selalu ada
bersama kita pagi, siang dalam malam, sampai akhir dunia.
3.
Semakin
banyak bersyukur semakin melimpah belaskasih Allah atas hidup kita.
4.
Orang
yang tahu bersyukur lebih tinggi imannya dari pada orang yang hanya tahu
meminta.
Bila kita semakin sering meminta makan
kita pun hendaknya lebih sering juga bersyukur, dan kalau kita sadar bahwa kita
adalah anak maka jangan malu meminta tetapi jangan lupa bersyukur.