Ada berbagai pekerjaan dalam keluarga besar
bangsa Israel, yaitu petani, nelayan (penduduk sekitar danau Galilea), gembala
dan ada juga pegawai dalam pemerintahan raja. Pekerjaan yang dianggap bagus dan
bisa dijadikan contoh yang baik adalah pekerjaan seorang gembala. Gembala adalah
seorang yang bertugas menuntun kawanan ternaknya untuk mendapatkan padang
rumput dan sumber air. Gembala dapat menjaga dan melindungi ternaknya dari
serangan serigala dan binatang buas lainnya, gembala dapat berjalan di depan
untuk menuntun, di tengah untuk membimbing ternak, dan di belakang untuk
mempercepat jalannya ternak mencari makanan dan pulang ke kandang. Kalau Tuhan
diminta menjadi gembala untuk menggembalakan umat-Nya, maka harapan yang
disampaikan kepada Tuhan dalam doa itu adalah pekerjaan seperti gembala di
atas.
Mengapa nabi Mikha memohon Tuhan untuk
menggembalakan umat Israel? Pada zaman hidupnya nabi ini, bangsa Israel berada
dalam situasi yang buruk di segala segi kehidupannya. Harapan untuk
menyelamatkan mereka dari situasi buruk itu tidak lain hanyalah Tuhan sendiri. Sebab
nabi Mikha percaya, Tuhan memiliki segala kuasa untuk memulihkan keadaan bangsa
ini dari keadaan yang kurang baik menjadi baik, dari keadaan yang sakit menjadi sehat, dari
berdosa menjadi layak karena diampuni. Mikha meminta Tuhan agar Ia menunjukkan
kembali kasih setia-Nya seperti yang dijanjikan-Nya kepada Abraham dan Yakub,
sebab ia yakin Tuhan setia pada janji-Nya (bdk Mi 7:14-15.18-20).
Kehadiran Tuhan sebagai gembala telah
ditunjukkan Yesus dalam sikapnya yang terbuka untuk menerima semua orang
sebagai saudara-Nya dan ibu-Nya, jika mereka mau hidup seturut kehendak Tuhan. “Siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku
di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah
ibu-Ku." (Mat 12:50). Sikap Yesus sebagai wujud kasih kegembalaan dari
Allah bersifat terbuka, universal, tidak terbatas pada keluarga dekat, keluarga
satu bangsa tetapi menjangkau semua dan menerima semua. Sebab Ia datang untuk memulihkan
dosa semua orang dan menjadi jembatan pendamaian antara Allah dengan manusia. Akan
tetapi hingga saat ini tidak semua orang menerima Dia sebagai Gembala, Tuhan
dan Juru Selamat, karena berbagai alasan pribadi; bahkan ada yang menolak-Nya
seperti halnya terjadi pada bangsa Israel sendiri, terutama karena mereka tetap
mau hidup dalam dosa.
Sebagai anak-anak Tuhan, yang menerima
warisan rahmat belaskasih, kita berusaha untuk menunjukkan sikap belaskasih itu
kepada siapa pun di sekitar kita dengan mengajak dan menasihatinya. Namun mendoakan
mereka agar Tuhan sendiri yang menggembalakan mereka dengan cara-Nya sendiri,
itu sebuah pekerjaan kasih yang nilainya jauh lebih tinggi dari segala usaha
rohani lainnya. Ya Tuhan, gembalakanlah umat-Mu. Amin