Menjadi nabi Tuhan pada zaman hidupnya
Yeremia bukanlah pelayanan yang enteng, melainkan pelayanan yang sangat berat.
Pada awal panggilannya ia menolak sebab ia masih terlalu muda, tetapi Tuhan
seolah-olah memaksanya sambil berjanji akan menyertai dia. Meski ia tahu ada
penyertaan itu tetapi di saat-saat ia menghadapi ejekan, penderaan bahkan
penangkapan hingga dijeblos ke dalam penjara, Yeremia tidak mampu untuk tidak
menangis dan mengeluh. Bacaan pertama hari ini menggambarkan keadaan hatinya
yang tersesak.
“Celaka
aku, ya ibuku, bahwa engkau melahirkan aku, seorang yang menjadi buah
perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri. Aku bukan orang yang
menghutangkan ataupun orang yang menghutang kepada siapa pun, tetapi mereka
semuanya mengutuki aku. Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku
sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang
bagiku, air yang tidak dapat dipercayai” (Yer 15:10.18). Ungkapan Yeremia
ini sungguh menggambarkan hatinya yang terluka, pedih, perih tak tertahankan
sampai mencap Tuhan bagaikan air yang tak
dapat dipercaya. Suatu gambaran kehidupan dan pergulatan batin dari setiap
insan yang tertimpa derita dan terasa melampaui pertahanan iman akan penyertaan
Tuhan. Gambaran tentang kelamnya kehidupan manusia yang juga dirasakan oleh
jutaan manusia abad ini di pelbagai belahan dunia ini. Di mana-mana orang
merintih dan menangis, di mana-mana orang mengeluh dan merontak dalam
keputusasaan. Suka duka sang nabi juga adalah suka duka kita.
Ketika Yesus datang suka itu tak pernah
berhenti, bahkan bertambah karena negeri terjanji itu telah terkontaminasi oleh
kekafiran dan kepalsuan, oleh penindasan dan ketidakadilan, oleh pajak yang
tinggi dan kemiskinan. Namun dalam keadaan seperti itu Yesus tidak berhenti
berbicara dan mengunjungi setiap kampung dan kota, penduduk di pantai dan
pegunungan untuk mengatakan kepada mereka bahwa di tengah bangsa yang tertindas
ini sudah ada mutiara yang mahal dan harta yang terpendam. Ia sampaikan
kebenaran ini dalam bentuk perumpamaan yang terdengar dalam bacaan ekaristi
hari ini. Bila mereka menemukan mutiara atau harta terpendam itu, mereka akan
menjual segala harta yang lain untuk mendapatkannya, walaupun mereka tahu Dia
lebih menderita daripada nabi Yeremia (bdk Mat 13:44-46). Mengapa mereka begitu
berani untuk melakukannya?
Kehadiran dan kekuatan kuasa Sang Mutiara
itu jauh lebih kuat dari segala derita apapun di dunia ini. Perjumpaan
dengan-Nya akan menghilangkan semua ketakutan, kegelisahan, kecemasan tentang
hidup ini. Dia akan memberi kita karunia-karunia yang kita perlukan untuk
mengatasi segala bentuk ketakutan dan kecemasan itu. Sang Mutiara itu tidak
lain adalah Yesus Kristus sendiri. Suka duka sang nabi tidak ada artinya dengan
kuasa penghiburan yang kita terima dari Yesus, Tuhan. Amin