Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Senin, Juli 25, 2016

TUBUH INI CUMA TANAH LIAT, TETAPI KEKAYAANNYA MELIMPAH !



Sikap manusia terhadap kerapuhan dirinya muncul dalam pelbagai reaksi positip dan negatip. Yang optimistis positip, meski rapuh dan tak berdaya, mereka mengatakan: Karena Tuhan segalanya dapat dikerjakan/Tuhan punya rencana atas setiap pribadi, maka ikuti saja kehendak-Nya dengan iman/Kita ini hanya sebuah pena di tangan Tuhan/Kita pasti bisa dalam dan karena Tuhan yang selalu bisa/Tak ada yang mustahil bagi Tuhan bila kita mengerjakan segalanya dengan penuh keyakinan akan campur tangan-Nya/Kita anak Tuhan yang telah diselamatkan oleh darah Kristus maka kita mendapat hak untuk menerima segala kekayaan yang disediakan Tuhan, dll. Sebaliknya mereka yang negatip dan pesimistis selalu mengatakan: nasib ini sudah begini, tak ada gunanya berjuang/Memang baik tetapi masalahnya....../hidup ini tidak semuanya harus kaya, yang miskin juga perlu ada/untuk apa menjadi kaya, kalau mati tidak dibawa/ untuk apa bekerja banyak cukup hidup dengan yang ada, dll. 

Santu Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus hari ini mengatakan: “Harta pelayanan kami sebagai rasul, kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (bdk 2 Kor 4:7-15). Paulus mengakui keadaannya yang rapuh dan tak berdaya sebab memang manusia tercipta dari tanah liat. Kerapuhan dan kelemahan memang harus demikian adanya supaya manusia tidak sombong dan bangga atas apa yang dimilikinya lalu mengabaikan peran Tuhan dalam hidupnya. Akan tetapi bukan karena alasan kerapuhan itu seorang anak manusia menjadi pesimis dan tidak mampu mengimani kebesaran Tuhan yang bisa mengubah hidup ini, dari miskin menjadi kaya, dari sakit menjadi sembuh, dari lemah menjadi kuat, baik dalam hidup rohani maupun jasmani. Meskipun rapuh kita tetap kaya dalam segala hal karena melalui Roh Kudus-Nya Tuhan memberikan kepada kita karunia-karunia yang menolong kita untuk senantiasa bersemangat dalam perjuangan mengejar cita-cita kita.

Tanpa menyadari kelemahan mereka sebagai manusia, anak-anak Zebedeus beserta ibu mereka, menurut cerita Mateus hari ini, datang kepada Yesus untuk meminta jabatan duniawi, sebab mereka berpikir kedatangan Yesus ke dunia ini hendak membentuk kerajaan duniawi. Mereka takut kehilangan kesempatan untuk mendapatkan jabatan itu bila rasul-rasul lain telah memintanya lebih dahulu. Mereka melihat bahwa kuasa Yesus tak tertandingi oleh pembesar mana pun di Israel. Ia pasti mampu merebut kekuasaan itu dari Herodes atau pun Pilatus. Tinggal menunggu kesempatan mengumpulkan kekuatan masa untuk melakukan kudeta. Permintaan ini membuat Yesus harus menjelaskan misinya kepada mereka agar mereka mengerti bahwa kerajaan yang akan dibentuk-Nya bukan kerajaan dunia melainkan kerajaan keselamatan melalui semangat ketaatan terhadap hukum Tuhan (bdk Mat 20:20-28)

Tubuh yang rapuh seperti bejana tanah liat ini bisa menampung karunia-karunia Allah yang melimpah bila hidup kita sungguh sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan. Karena itu selaraskan hidup kita setiap hari dengan kehendak Tuhan sendiri, dalam semangat ketaaatan, kesetiaan, iman, harap dan kasih yang hidup. Sebab Yesus telah bersabda: “Aku datang supaya kamu mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”! Setiap sikap pesimis tidak akan pernah membantu kita untuk maju dan berkembang dalam hidup, baik secara rohani maupun jasmani.

Meski hidup ini bagaikan bejana tanah liat tetapi Tuhan justru memakai kelemahan kita untuk menunjukkan kebesaran dan kemuliaan-Nya, karena itu bersama St. Ignatius Loyola kita boleh berkata: ad maiorem Dei gloriam !

Adhitz Ads