Sikap manusia terhadap kerapuhan dirinya
muncul dalam pelbagai reaksi positip dan negatip. Yang optimistis positip,
meski rapuh dan tak berdaya, mereka mengatakan: Karena Tuhan segalanya dapat
dikerjakan/Tuhan punya rencana atas setiap pribadi, maka ikuti saja
kehendak-Nya dengan iman/Kita ini hanya sebuah pena di tangan Tuhan/Kita pasti
bisa dalam dan karena Tuhan yang selalu bisa/Tak ada yang mustahil bagi Tuhan
bila kita mengerjakan segalanya dengan penuh keyakinan akan campur tangan-Nya/Kita
anak Tuhan yang telah diselamatkan oleh darah Kristus maka kita mendapat hak
untuk menerima segala kekayaan yang disediakan Tuhan, dll. Sebaliknya mereka yang negatip dan pesimistis selalu mengatakan: nasib
ini sudah begini, tak ada gunanya berjuang/Memang baik tetapi masalahnya....../hidup
ini tidak semuanya harus kaya, yang miskin juga perlu ada/untuk apa menjadi
kaya, kalau mati tidak dibawa/ untuk apa bekerja banyak cukup hidup dengan yang
ada, dll.
Santu Paulus dalam suratnya kepada
jemaat di Korintus hari ini mengatakan: “Harta
pelayanan kami sebagai rasul, kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya
nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari
diri kami” (bdk 2 Kor 4:7-15). Paulus mengakui keadaannya yang rapuh dan
tak berdaya sebab memang manusia tercipta dari tanah liat. Kerapuhan dan
kelemahan memang harus demikian adanya supaya manusia tidak sombong dan bangga
atas apa yang dimilikinya lalu mengabaikan peran Tuhan dalam hidupnya. Akan
tetapi bukan karena alasan kerapuhan itu seorang anak manusia menjadi pesimis
dan tidak mampu mengimani kebesaran Tuhan yang bisa mengubah hidup ini, dari
miskin menjadi kaya, dari sakit menjadi sembuh, dari lemah menjadi kuat, baik
dalam hidup rohani maupun jasmani. Meskipun rapuh kita tetap kaya dalam segala
hal karena melalui Roh Kudus-Nya Tuhan memberikan kepada kita karunia-karunia
yang menolong kita untuk senantiasa bersemangat dalam perjuangan mengejar
cita-cita kita.
Tanpa menyadari kelemahan mereka sebagai
manusia, anak-anak Zebedeus beserta ibu mereka, menurut cerita Mateus hari ini,
datang kepada Yesus untuk meminta jabatan duniawi, sebab mereka berpikir
kedatangan Yesus ke dunia ini hendak membentuk kerajaan duniawi. Mereka takut
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan jabatan itu bila rasul-rasul lain telah
memintanya lebih dahulu. Mereka melihat bahwa kuasa Yesus tak tertandingi oleh pembesar
mana pun di Israel. Ia pasti mampu merebut kekuasaan itu dari Herodes atau pun
Pilatus. Tinggal menunggu kesempatan mengumpulkan kekuatan masa untuk melakukan
kudeta. Permintaan ini membuat Yesus harus menjelaskan misinya kepada mereka
agar mereka mengerti bahwa kerajaan yang akan dibentuk-Nya bukan kerajaan dunia
melainkan kerajaan keselamatan melalui semangat ketaatan terhadap hukum Tuhan
(bdk Mat 20:20-28)
Tubuh yang rapuh seperti bejana tanah
liat ini bisa menampung karunia-karunia Allah yang melimpah bila hidup kita
sungguh sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan. Karena itu selaraskan hidup
kita setiap hari dengan kehendak Tuhan sendiri, dalam semangat ketaaatan,
kesetiaan, iman, harap dan kasih yang hidup. Sebab Yesus telah bersabda: “Aku
datang supaya kamu mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”! Setiap
sikap pesimis tidak akan pernah membantu kita untuk maju dan berkembang dalam
hidup, baik secara rohani maupun jasmani.
Meski hidup ini bagaikan bejana tanah
liat tetapi Tuhan justru memakai kelemahan kita untuk menunjukkan kebesaran dan
kemuliaan-Nya, karena itu bersama St. Ignatius Loyola kita boleh berkata: ad maiorem Dei gloriam !