Dalam bahasa Indonesia ada pelbagai
peribahasa yang menggambarkan sifat manusia yang suka menyusahkan hidupnya
sendiri. Misalnya: kalau suka menepuk air di dulang akan terpercik muka
sendiri; bermain api hangus, bermain air basah; kalau suka menggali lubang akan
terperosok kaki sendiri. Arti dari semua peribahasa ini jelas, semua perbuatan yang kurang baik pasti
punya efek yang kurang baik, baik itu pada diri sendiri maupun pada
lingkaran keluarga yang paling dekat.
Peribahasa
ini cocok ditujukan kepada bangsa Israel yang hidup pada zaman nabi Yeremia,
seperti yang kita lihat dari bacaan pertama hari ini. Tuhan, melalui nabi
Yeremia seolah-olah menyatakan penyesalan-Nya dan bernubuat: “Aku telah membawa kamu ke tanah yang subur
untuk menikmati buahnya dan segala yang baik dari padanya. Tetapi segera
setelah kamu masuk, kamu menajiskan tanah-Ku; tanah milik-Ku telah kamu buat
menjadi kekejian. Para imam tidak lagi bertanya: Di manakah TUHAN? Orang-orang
yang melaksanakan hukum tidak mengenal Aku lagi, dan para gembala mendurhaka
terhadap Aku. Para nabi bernubuat demi Baal, mereka mengikuti apa yang tidak
berguna. Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber
air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang
bocor, yang tidak dapat menahan air” (Yer 2:7-8.13). Yeremia menggugat para
imam, para pemangku hukum, hakim, jaksa dan pihak keamanan yang tidak lagi
hidup jujur dan benar tetapi memanfaatkan jabatan untuk kepentingan diri
sendiri, demi uang dan kekayaan. Mereka tidak taat lagi kepada Tuhan, tetapi
mengikuti kemauan sendiri. Cara hidup demikian sama dengan menggali sendiri
kolam yang bocor, akibatnya mereka sendiri terperosok ke dalamnya. Dalam
konteks bangsa kita sekarang sendiri, ada begitu banyak kasus hukum justru
dilakukan oleh para pemegang hukum itu sendiri, akibatnya mereka sendiri
menderita karena perbuatan sendiri.
Keadaan bangsa Israel pada zaman Yesus
tampaknya sama saja, tak ada pertobatan dan perbaikan dalam sikap hidup. Mereka
sulit sekali mengerti sabda Tuhan yang disampaikan dalam perumpamaan sebab telinga
dan hati mereka tertutup untuk mendengarkan dan menghayatinya. Mereka hanya
mengikuti kemauan mereka sendiri, seperti kata Yeremia mereka suka menggali sendiri kolam yang bocor. Sabda
Tuhan berlalu begitu saja tanpa penghayatan. “Walaupun mendengar mereka tidak
mengerti dan walaupun melihat mereka tidak mengenalnya” (bdk Mat 13:10-17).
Peribahasa di atas juga selalu cocok dengan keadaan manusia zaman ini di pelbagai tempat di mana saja di seluruh jagat raya ini. Banyak orang menggali sendiri kolam yang bocor. Menggali sendiri kolam yang bocor adalah
kemauan orang-orang yang tidak mau menerima kebenaran yang diajarkan Tuhan
tetapi selalu ingin mempertahankan status quo, gaya hidup lama yang senang
dengan dosa-dosa. Dalam konteks zaman ini mereka itu adalah orang-orang yang
senang hidup dengan suka menipu, mencuri, memanipulasi dan melakukan korupsi, serta
hidup dalam berbagai kejahatan lainnya. Berita-berita televisi, surat kabar dan dunia maya setiap
hari pada akhir-akhir ini seringkali menggambarkan kejahatan-kejahatan menggali
sendiri kolam yang bocor yang menjerat manusia ke dalam banyak perkara.
Hanya dengan hidup setia dan taat pada
hukum-hukum Tuhan kita bisa menikmati ketenangan dan kegembiraan. Karena itu kita
perlu kembali kepada ajakan Yesus dalam permulaan pewartaan-Nya:
bertobatlah, kerajaan Allah sudah dekat !