Tiada hari tanpa adanya liputan
kejahatan, tiada hari tanpa berita kriminalitas yang terbaca. Kejahatan demi
kejahatan terungkap setiap menit melalui pelbagai media cetak dan elektronik.
Menyedihkan, mengenaskan, memalukan, memuakkan! Kira-kira begitu perasaan yang
berkecamuk di hati setiap kita, jika kita ikut menonton, membaca berita-berita
tersebut. Lalu mungkin kita bertanya: kapan kejahatan-kejahatan itu akan
berhenti? Jawabannya: tampanya tak mungkin berhenti, kecuali kalau dunia ini
ikut lebur dan tak ada makhluk hidup yang disebut manusia lagi. Selagi manusia
lahir dan hidup dalam dunia yang penuh dosa seperti sekarang ini, mungkin
sebanyak itu pula kejahatan itu akan hidup. Jika amat sulit diberantas, maka
mungkin kita hanya bisa berkata seperti nabi Yesaya: “berhentilah berbuat jahat”!
Nabi Yesaya tampaknya sudah muak dengan
kejahatan yang dilakukan bangsanya. Dalam kemarahan ia bernubuat: “Hai para pemimpin Sodom, untuk apa
korbanmu yang banyak itu”? Aku sudah
jemu akan kurban-kurban bakaran berupa domba jantan.....dst. Jangan lagi
membawa korban yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku......
Basuhlah, bersiahkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat
dari mata-Ku..... (Yes 1:11-17). Dalam nubuat ini nabi Yesaya menampakkan
Tuhan yang marah karena kemunafikan bangsa terpilih. Mereka membawa korban
tetapi tidak membaharui hati, tidak bertobat dari kejahatan yang mereka
lakukan, sehingga korban itu tak ada faedahnya apa-apa, entah sifatnya sebagai
korban silih, memohon berkat atau kekuatan dari Tuhan. Tuhan mau menerima doa
dan korban persembahan kita, kalau kita bertobat. Tetapi jika tidak disertai
hati yang bersih, sikap yang jujur dan adil dalam perbuatan, maka segala korban
yang dipersembahkan tidak akan mencapai tujuannya. Karena itu: berhentilah berbuat jahat!
Sehubungan dengan warta pertobatan di
atas, dalam Injil hari ini, Tuhan Yesus menegaskan pendirian-Nya, dengan
bersabda: “barangsiapa menyambut seorang
nabi, ia akan menerima upah nabi; barangsiapa menyambut seorang yang benar
sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar” (Mat 10:41). Pekerjaan
seorang nabi adalah mewartakan pertobatan bagi bangsa pilihan. Kalau bangsa ini
menerima nabi dan wartanya yang disampaikannya lalu bertobat maka mereka menerima
upah nabi yakni diselamatkan; demikian juga kalau mereka menerima orang benar
karena kebenaran yang disampaikannya, mereka akan diselamatkan juga. Sebab melalui
warta pertobatan sang nabi dan warta kebenaran dari orang benar, mereka yang
mendengarnya akan mengikuti tuntunan sabda Tuhan, hidup dalam kebenaran dan menjauhkan
diri dari kejahatan.
Berhenti berbuat jahat bukanlah sekedar
sebuah tawaran biasa, yang boleh diikuti atau tidak, tetapi sebuah keharusan
bagi setiap orang yang menamakan dirinya sebagai pengikut Yesus Kristus. Kejahatan
itu pekerjaan setan sedangkan kebaikan itu pekerjaan Tuhan. Amin