Rasa kecut, takut, gelisah dan galau
adalah perasaan-perasaan negatif yang disebabkan oleh adanya ancaman terhadap
jati diri, kenyamanan dan keamanan diri kita sebagai manusia. Manusia, sebagai
makhluk ciptaan tertinggi, memang telah diberi kuasa untuk menaklukan segala
ciptaan lainnya, akan tetapi kita tetap memiliki kelemahan masing-masing. Takut
dan berani, kecut dan gagah perkasa, maju dan mundur datang silih berganti. Ketika
seseorang menjadi berani, dikuasai hati yang gagah perkasa, ia maju tak gentar;
tetapi jika seseorang dikuasai perasaan hati yang kecut, takut, ia mungkin akan
mundur 1000 langkah dan ingin menyembunyikan diri dari tantangan yang
dihadapinya.
Bangsa Israel berada dibawah tekanan dan
ancaman akan diserang oleh raja Aram. Raja Ahas dan rakyat Yehudah ketakutan
seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin, begitu kisah yang tertulis
dalam Kitab Yesaya hari ini. Lalu Yesaya diminta Tuhan menghadap Ahas dan
menyampaikan pesan-Nya: “Teguhkanlah
hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut.....”
Hal itu tidak akan sampai terjadi....(bdk Yes 7:1-9). Ini namanya nubuat
nabi yang memberi kekuatan dan pertolongan agar tenang dan tetap percaya pada
kuasa Allah.
Ancaman dan tantangan hendaknya dihadapi
dengan hati tenang, agar bisa berdoa dengan baik memohon pertolongan Tuhan,
atau agar bisa merancang pertahanan untuk mencari perlindungan diri atau
melakukan apa yang terbaik supaya luput dari bahaya itu. Bangsa terpilih
hendaknya kembali ingat akan penyertaan Allah atas nenek moyang mereka ketika
keluar dari negeri Mesir. Pengalaman pembebasan itu adalah sejarah besar yang
tak boleh dilupakan, sebaliknya hendaknya diimani. Allah telah menunjukkan
cinta dan penyertaan-Nya yang menyelamatkan. Mengapa sekarang harus takut? Mengapa
gentar dan kecut?
Hari ini penginjil Matius menggambarkan
Yesus yang marah dan mengutuki kota Khorazim dan Kapernaum yang orang-orang degil hati dan tidak mau bertobat dari dosa
dan perbuatan mereka yang jahat. Semua mujizat yang terjadi di sana tidak
mereka lihat sebagai tanda Tuhan yang hidup di tengah-tengah mereka dan
memperhatikan mereka. Perlindungan diberikan hendaknya diiringi dengan sikap
tobat bukan sebaliknya. Orang yang hidup dalam dosa, hatinya tidak nyaman,
gelisah dan takut (bdk Mat 10:34-11:1). Maka salah satu jalan untuk membebaskan
diri dari semua kegentaran yang bercokol daam hati serta pikiran adalah
bertobat. Pertanyaan mengapa ada rasa takut, kecut dan gentar. Jawabannya: itu adalah
salah satu efek dari rasa salah, sehingga kurang yakin akan penyertaan dan
pertolongan Tuhan. Amin.