Rusdi
dan Gunawan adalah adik kakak kandung. Sejak kecil keduanya seringkali tidak
rukun karena egonya masing-masing. Perbedaan usia mereka hanya setahun. Sebagai
kakak, Rusdi selalu meminta bagian lebih banyak dari adiknya, Gunawan, jika
orangtua mereka membagi makanan atau hadiah di rumah. Sementara itu Gunawan,
sang adik menuntut dia harus mendapat lebih banyak karena dia anak bungsu dan
merasa anak kesayangan orangtuanya. Sifat ini tak pernah bisa berubah hingga
dewasa karena keduanya tidak pernah mau mengalah. Ketika kedua orangtua sudah
meninggal, mereka hidup dengan keluarga masing-masing di tempat berjauhan dan tidak pernah saling mengunjungi.
Di
kotanya, Rusdi giat mengurus perusahaannya sambil mengabdi sebagai anggota dewan
paroki dan melibatkan diri dalam pelbagai kegiatan rohani. Tetapi Gunawan sibuk
dengan urusan duniawinya, bisnis properti sehingga kehidupan rohani ia abaikan.
Suatu saat Gunawan sakit berat diserang kanker usus. Di saat seperti itu ia
memerlukan hiburan dari keluarganya, namun yang datang hanyalah keluarga
istrinya. Ia rindu berjumpa dengan kakaknya Rusdi dan meminta keluarganya untuk
memanggilnya. Rusdi menjenguk adiknya di Rumah Sakit dan melihat adiknya sudah
tidak berdaya. Keduanya berpelukan dan saling memaafkan satu sama lain dan
perjumpaan maaf memaafkan itu memberi daya hidup baru kepada Gunawan. Ia merasa
seperti terlepas dari sebuah beban yang berat karena sejak ia berpisah dengan
kakaknya dialah yang keras hati dan tidak mau berdamai. Perjumpaan saling
memaafkan ini justru menjadi sumber mujizat bagi Gunawan. Sesudah sebulan
berada di Rumah Sakit ia dinyatakan sembuh dan kanker ususnya sembuh total.
Tobat
adalah sebuah cara untuk berdamai dengan Tuhan dan sesama. Saling memaafkan
antara kakak beradik di atas adalah wujud dari tobat itu. Tobat adalah anggur
yang baru (rahmat baru) yang diberikan Tuhan kepada setiap orang. Anggur baru
harus disimpan dalam kantong yang baru. Kantong baru itu terwujud dalam sikap
saling mengampuni antara keduanya. Kakak beradik di atas telah menerima anggur
baru lalu menyimpannya dalam hati yang baru. Rahmat baru ini justru menjadi
sumber kesembuhan bagi Gunawan karena disimpan dalam hatinya yang baru, hati
yang saling mengampuni satu sama lain.
Tuhan
Yesus dalam wejangannya hari ini mengajak para pendengarnya untuk bertobat
dengan menyampaikan perumpamaan anggur baru harus disimpan dalam kantong kulit
yang baru. Itu berarti rahmat yang baru hanya bisa berguna memajukan hidup
rohani kita bila ia disimpan dalam hati dan semangat yang baru, antara lain adalah pertobatan
itu, memperbaiki segala hubungan yang tak beres dengan Tuhan dan sesama (bdk
Mrk 2:18-22).
Tuhan
selalu siap memberikan rahmat-Nya yang baru setiap hari, namun Tuhan meminta kita
untuk menyimpannya dalam hati yang baru – sikap yang baru – hati yang bertobat.
Jika tidak demikian maka semuanya akan menjadi sia-sia atau tidak berguna. Anggur
baru, kantongnya baru. Amin