Kekuatan
pengharapan mampu membongkar langit dan menembus surga dan segala sesuatu yang
tak pernah terbayangkan dalam hidup ini akan terjadi dan semuanya akan tampak mengejutkan
kita. Pengharapan termasuk salah satu kebajikan teologal, kebajikan pemberian
Allah, disamping iman dan kasih. Pengharapan menguatkan iman. Iman akan Tuhan
yang dipercayai sebagai Pencipta yang mahakuasa, mahamurah, mahakasih dan setia
pada janji-janjiNya. Pengharapan dapat membongkar segala penghalang yang
menantang dan mengalahkan segala perasaan salah yang mencelakakan. Pengharapan dapat
membuat si pendosa bertekuk di hadapan-Nya untuk memohon ampun.
Dalam
perjanjian lama disebut nama-nama orang pilihan yang telah hidup dalam harapan
yang kokoh: Abraham, Isaak. Yakub, Musa, Yusuf, Esther, Ayub, para nabi, Daud,
Salomon dll. Dalam perjanjian baru juga disebut Zakharias dan istrinya, Yohanes
Pembaptis, Maria, Yosef, orang buta dari Yerikho, Zakheus, Paulus, Silas, para
murid Yesus, dll. Mereka semua hidup dalam iman akan Tuhan. Mereka mengalami
banyak pencobaan tetapi karena kokohnya pengharapan mereka pada janji-janji
Allah, mereka tetap setia pada iman mereka akan Allah yang mampu membuat
segalanya bisa. Kita lihat dan saksikan bahwa mereka bisa. Iman dan harapan membuat
segalanya bisa. Tak ada yang mustahil bagi Tuhan dan tak ada yang mustahil bagi setiap
orang yang percaya, ini pesan Yesus, Putera Allah.
Bacaan
pertama hari ini mengingatkan kita betapa pengharapan itu kuat bagaikan sauh
yang menahan sebuah kapal besar sehingga tidak terhanyut ke mana-mana bila
berlabuh; pengharapan itu membuat jiwa aman dan bebas dari rasa gelisah takut
dan cemas, sebab pengharapan kita bukan terarah pada sesuatu yang kosong tetapi
pada Dia yang ada di balik tabir kehidupan ini, yakni Imam Agung Abadi, Yesus
Kristus Tuhan kita, pusat dan Raja di atas segala raja. “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang
telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai
Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar
sampai selama-lamanya” (Ibr 6:20)
Pengharapan
melampaui aturan Taurat yang digariskan Musa sebagai pedoman hidup bagi bangsa
Israel. Mengapa? Injil hari ini mengisahkan para murid ada bersama “subyek” pemberi harapan, yakni Kristus
Yesus. Dalam suatu perjalanan mereka memetik bulir gandum untuk dimakan, sebab
mereka lapar. Tetapi aturan Sabat melarang orang Yahudi bekerja pada hari
Sabat. Karena itu kaum Farisi menegur murid-murid yang melanggar aturan Sabat. Jawaban
Yesus menghentikan teguran orang Farisi. “Anak
Manusia adalah Tuhan, juga atas hari Sabat”. Sebagai Tuhan atas hari Sabat,
Yesus membuat pengecualiaan bagi para murid-Nya saat itu karena mempertahankan
hidup demi sesuatu yang lebih tinggi dan jauh lebih berharga dari pada aturan. Yesus
tidak menginginkan para murid itu sakit atau mati gara-gara tidak makan (bdk
Mrk 2:23-28). Tuhan dalam diri Yesus dapat mengubah segalanya demi kasih-Nya
kepada para murid, teman seperjalanan dan pembantu-Nya.
Di
saat Anda sakit, lapar dan haus atau sedang dilanda pelbagai macam kekurangan baik
dalam hidup rohani dan aupun jasmani, harapan pada Allah, sumber segala berkat dan
yang selalu setia janji, tidak pernah akan kembali tanpa mujizat-Nya. Tetaplah
berharap pada-Nya dalam suka dan duka. Kita adalah anak Allah yang telah
dianugerahi pengharapan yang sama seperti semua orang kudus dalam perjanjian
lama dan baru di atas.