Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Sabtu, Januari 28, 2017

ANGIN DAN GELOMBANG TAAT PADANYA !



Selasa, 26 Oktober 2010, seorang yang biasa disebut Mbah Marijan, 83 tahun, juru junci gunung Merapi, yang berdomisili dekat gunung Merapi, Jawa Tengah coba-coba bertahan di tempat ketika gunung itu dinyatakan akan meletus. Dia lebih yakin pada nakurinya yang merujuk pada kebiasaan niteni (memerhatikan) bahwa bahaya letusan gunung itu tidak pernah merambah Dukuh Kinarejo (Kompas.com 27.10.2010), maka sekalipun dibujuk untuk pergi tetapi dia tidak mau pergi dari rumahnya. Saat evakuasi korban oleh tim SAR, jasad Mbah Marijan ditemukan dalam keadaan telungkup di kamar mandinya.

Dalam sejarah bangsa-bangsa sejak dunia diciptakan, salah satu ketakutan utama manusia yaitu pada kekuatan alam, jikalau alam itu bergelora. Tak pernah terdengar cerita bahwa ada seorang pahlawan atau manusia, yang mampu menghentikan gempa bumi, badai hujan dan angin, puting beliung, guntur dan kilat, banjir, letusan gunung api dsb. Semua manusia takut dan takhluk pada kuasa alam.

Namun cerita Injil hari ini mengisahkan pada kita tentang seseorang yang memiliki kuasa melampui angin dan gelora laut yang hampir menenggelamkan perahu para murid. Bersama Yesus yang sedang tidur lelap di buritan perahu melaju di tengah danau. Namun tiba-tiba badai disertai gelombang yang tinggi menerjang perahu itu dan para murid sangat takut dan panik, sebab seluruh lambung perahu sudah penuh dengan air dan bahaya tenggelam mengancam mereka semua. Mereka segera membangunkan Yesus dan berkata: Guru, Engkau tak peduli kalau kita binasa? Yesus segera bangun dan menghardik angin dan gelombang dengan dua kata perintah: Diam, tenanglah !

Perintah “diam” dimaksud supaya angin ribut itu berhenti dan perintah “tenanglah” dimaksud supaya gelombangnya reda. Pada saat angin berhenti dan danau tenang para murid bisa bekerja mengeluarkan air dari dalam perahu dan sesudah itu mereka bisa berlayar terus menuju seberang dengan tenang. Saat itu semua murid pada heran dan tidak mengerti, lalu dalam hati mereka bertanya: Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau taat kepada-Nya? Pertanyaan dalam hati ini muncul karena mereka belum pernah mendengar ataupun melihat bahwa ada seorang manusia yang berkuasa atas gelora alam seperti ini. Yesus juga tidak pernah memberitahu tentang siapa Dia selain hanya menegur mereka dengan berkata: Mengapa kamu tidak percaya? Dengan menyaksikan peristiwa itu para rasul diajar untuk percaya dan membuat kesimpulan sendiri bahwa Yesus bukanlah manusia biasa. Setelah Pentekosta barulah segalanya terungkap.

Ketika mengikuti suara panggilan Tuhan, Abraham tidak pernah bertanya, siapa Engkau yang memanggil aku? Ia hanya mengimani suara panggilan itu dan pergi. Dalam perjalanan ke tanah terjanji Abraham hanya berharap bahwa segala sesuatu yang telah dijanjikan terpenuhi. Harapan itu menguatkan hati Abraham dan istrinya, sehingga keduanya sepakat meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke negeri asing. Dalam hati mereka berharap bahwa Dia yang berjanji itu setia dan mereka akan menemukan suatu tempat diam yang dirancang dan dibangun oleh Allah sendiri. Karena iman dan harapan mereka demikian kokoh maka segala perintah Tuhan mereka lakukan tanpa ragu. Iman mereka pada janji Tuhan tidak pernah melunturkan semangat mereka untuk melintasi padang gurun menuju tanah terjanji, juga tidak membuat mereka takut dan gelisah dan bertanya apakah perjalanan itu bakal selamat atau tidak. Keduanya hanya percaya Allah yang memanggil mereka itu mahakuasa, mahacinta dan setia (bdk Ibr 11:1-2.8-19). Karena itu penulis KItab Ibrani mendefinisikan iman itu demikian: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Iman itu dasar untuk berharap dan bertindak dalam Tuhan.

Kalau badai dan gelora laut itu sudah takhluk pada kuasa-Nya, maka segala yang hal lain yang berada di bawah kuasa itu tak ada apa-apanya bagi Tuhan. Kuasa Tuhan berada di atas segalanya, kuasa itu telah diserahkan kepada Yesus. Bersama Yesus semua yang percaya pasti selamat. Amin




Adhitz Ads