Dalam
Kitab Suci jelas sekali perbedaan antara perjanjian lama dan baru. Dalam perjanjian
lama, syahnya isi perjanjian antara Allah dan manusia, dimeterai dengan darah
binatang, seperti anak domba, sapi, lembu atau kambing dengan syarat tak ada
cacatnya. Dari hakekat sifatnya perjanjian ini tidak bisa menebus dosa, dia
hanya memperlihatkan bayang-bayang dari
keselamatan. Tetapi dalam perjanjian baru syahnya perjanjian ini tidak oleh
darah binatang lagi, melainkan oleh darah Kristus, darah Ilahi yang telah rela
wafat di kayu salib. Inilah satu-satunya persembahan sempurna, yang syah dan
berkenan kepada Allah, ia bukan menghasilkan bayang-bayang dari keselamatan,
tetapi keselamatan yang sempurna, tak bercela, yang kudus, mulia, berasal dari
Allah sendiri. Persembahan sempurna dalam perjanjian baru ini menggantikan yang
tidak sempurna dari perjanjian lama. Dalam iman kita, melalui lagu “Tantum Ergo”
kita mengakui dan mengimaninya: Cara lama telah ganti telah diperbaharui.
Bacaan
pertama hari ini, penulis Kitab Ibrani, memberi penjelasan sedikit tentang
bagaimana proses persembahan lama itu dipersembahkan di kemah suci. Dalam kemah
suci itu ada dua altar. Bagian depannya disebut tempat suci dan bagian lebih
dalam lagi tempat mahasuci. Antara keduanya yang suci dan mahasuci itu dibatasi
tirai. Bila ada seorang imam yang bertugas membawa persembahan ke tempat mahasuci
selalu ada adegan buka tutup tirai batas itu. Buka tutup tirai mempunyai arti
bahwa persembahan yang dihantar itu belum menghasilkan keselamatan sempurna
(hanya bayang-bayang). Tetapi ketika Yesus wafat di kayu salib tirai itu terbelah
dua dan tidak ditutup lagi sehingga tidak ada batas lagi antara tempat kudus
dan mahakudus. Ini menandakan bahwa persembahan diri Yesus di kayu salib itu
sempurna, darah suci-Nya mengalir deras membongkar tirai penutup itu untuk
mengurapi semua anak manusia yang percaya kepada-Nya. Mereka yang percaya dan
dibaptis akan diselamatkan. “Betapa
lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya
sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan
hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat
beribadah kepada Allah yang hidup” (bdk Ibr 9:2-3.11-14). Inilah jaminan
terindah dan termulia serta sempurna dari Yesus Kristus. Inilah tujuan utama
dari kedatangan-Nya ke dunia. Ia hanya mempersembahkan satu kali untuk
selamanya. Syukur kepada Allah bahwa persembahan Yesus sudah dimeterai melalui
ekaristi kudus. Maka doa ekaristi menjadi doa paling sempurna dalam ibadat
kita.
Sebaliknya
orang-orang yang tidak mengenal tujuan utama kedatangan Kristus ini mencap Dia,
sebagai orang yang tidak waras, seperti kesaksian Markus dalam Injil hari ini
(Mrk 3:20-21). Padahal mereka tahu kemana saja Dia pergi, Dia berbuat baik
melalui pewartaan dan mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Kita
hidup dalam zaman perjanjian baru. Setiap orang yang percaya akan kebenaran ini
dibaptis oleh air dan Roh Kudus. Roh Kudus telah mengajarkan segala kebenaran
kepada para murid Kristus dan kita mengakuinya. Saya pribadi menerima semua
kebenaran ini dengan iman yang teguh. Saya percaya kurban Kristus itu paling sempurna.
Kalau sudah ada yang sempurna, maka saya tidak mau kembali lagi ke yang tidak
sempurna. Yang baru telah mengganti yang lama. Amin