Suara hati yang bersih dan murni akan
membantu seseorang berani menolak setiap penyesatan yang diketahuinya, karena
itu amatlah penting seorang anak manusia selalu berusaha memelihara dan
mengasah suara hatinya agar tetap murni dan bersih.
Dewasa ini amat banyak penyesatan yang dilakukan oleh para penjahat dengan modus-modus yang sangat halus dan licik, guna mendapatkan uang atau kekayaan orang lain. Atau juga ada orang yang berusaha menyesatkan sesamanya dengan cara menyebarkan ideologi yang palsu untuk merekrut pengikut-pengikut, agar mau bekerja sama dengannya untuk melakukan kejahatan-kejahatan. Hari ini St. Yohanes mengingatkan kita agar waspada terhadap penyesatan dengan mengatakan: “Anak-anakku, janganlah membiarkan seorang pun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (1 Yoh 3:7-8). Yohanes tahu apa itu kebenaran dan apa itu kejahatan, karena itu dengan tegas ia menyatakan bahwa orang yang hidup benar dan suka berbuat yang benar adalah benar, tetapi orang yang hidup dalam dosa dan selalu berbuat dosa adalah jahat. Orang yang benar selalu mengatakan kebenaran. Ucapan mereka pasti menyenangkan dan menciptakan damai. Orang yang jahat selalu berkata jahat dan kasar. Ucapan mereka selalu menyakitkan dan menciptakan perpecahan. Orang benar hidup dalam Tuhan, mereka jujur dan selalu mengatakan kebenaran tetapi orang jahat hidup dalam kuasa Iblis dan akan selalu mengatakan kejahatan. Bagaimana kita bisa membedakan mana kebenaran dan mana kejahatan? Tuhan Yesus dalam perumpamaan tentang pohon dan buah telah mengajarkan para murid-Nya: “Dari buahnya kamu bisa mengetahui apakah pohon itu baik atau buruk. Pohon baik menghasilkan buah baik, pohon buruk menghasilkan buah buruk”. Orang yang selalu mengatakan kejahatan dan menyebarkan kejahatan adalah buah yang buruk. Orang yang selalu mengatakan kebenaran dan menyebarkan adalah buah yang baik.
Dewasa ini amat banyak penyesatan yang dilakukan oleh para penjahat dengan modus-modus yang sangat halus dan licik, guna mendapatkan uang atau kekayaan orang lain. Atau juga ada orang yang berusaha menyesatkan sesamanya dengan cara menyebarkan ideologi yang palsu untuk merekrut pengikut-pengikut, agar mau bekerja sama dengannya untuk melakukan kejahatan-kejahatan. Hari ini St. Yohanes mengingatkan kita agar waspada terhadap penyesatan dengan mengatakan: “Anak-anakku, janganlah membiarkan seorang pun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (1 Yoh 3:7-8). Yohanes tahu apa itu kebenaran dan apa itu kejahatan, karena itu dengan tegas ia menyatakan bahwa orang yang hidup benar dan suka berbuat yang benar adalah benar, tetapi orang yang hidup dalam dosa dan selalu berbuat dosa adalah jahat. Orang yang benar selalu mengatakan kebenaran. Ucapan mereka pasti menyenangkan dan menciptakan damai. Orang yang jahat selalu berkata jahat dan kasar. Ucapan mereka selalu menyakitkan dan menciptakan perpecahan. Orang benar hidup dalam Tuhan, mereka jujur dan selalu mengatakan kebenaran tetapi orang jahat hidup dalam kuasa Iblis dan akan selalu mengatakan kejahatan. Bagaimana kita bisa membedakan mana kebenaran dan mana kejahatan? Tuhan Yesus dalam perumpamaan tentang pohon dan buah telah mengajarkan para murid-Nya: “Dari buahnya kamu bisa mengetahui apakah pohon itu baik atau buruk. Pohon baik menghasilkan buah baik, pohon buruk menghasilkan buah buruk”. Orang yang selalu mengatakan kejahatan dan menyebarkan kejahatan adalah buah yang buruk. Orang yang selalu mengatakan kebenaran dan menyebarkan adalah buah yang baik.
Siapa
pohon yang baik dan siapa pohon yang buruk. Suatu saat Yohanes Pembaptis ada
bersama orang muridnya. Ketika melihat Yesus lewat ia berkata: “Lihat, itu Anak
Domba Allah”. Mendengar ucapan Yohanes, dua murid itu mengikuti Yesus. Setelah
dialog singkat Yesus mengatakan kepada murid-murid itu: “Mari dan kamu akan
melihatnya”! Yesus selalu rendah hati. Dalam merekrut para murid-Nya, Dia tidak
mau menunjukkan diri-Nya secara terus terang, siapakah Dia sebenarnya. Ia membiarkan
mereka berjalan bersama-Nya, mendengarkan pengajaran-pengajaranNya dan
menyaksikan semua pekerjaan-Nya dan membuat kesimpulan sendiri. Ada yang terus
menjadi murid-Nya, ada yang mundur. Yesus tidak pernah memaksa seorang pun
untuk mengikuti Dia, sebagaimana Allah yang mengutus-Nya tidak pernah memaksa
manusia untuk percaya kepada-Nya, demikian pun Yesus.
Sesudah
kenaikan-Nya Ia mengutus Roh Kudus dan Roh Kudus inilah yang mengajarkan para
murid-Nya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Dia berasal dari
kebenaran. Kebenaran itu adalah Allah, maka Yesus adalah Allah. Allah yang
menjelma menjadi manusia untuk menebus dosa kita. Oleh kuasa Roh Kudus para
rasul telah mengajarkan kebenaran dan kebenaran itulah yang kini diwariskan secara
turun temurun oleh para bapa Gereja dan para kudus kepada kita hingga saat ini.
Maka hiduplah dalam kebenaran dan jangan mau disesatkan! Kebenaran datang dari
Allah, penyesatan datang dari Iblis. Jagalah suara hati yang murni dengan cara
tekun berdoa, adorasi, meditasi, membaca Kitab Suci dan buku-buku rohani serta
ajaran-ajaran Gereja.