Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Minggu, Januari 29, 2017

SEMUANYA DISAPA “BERBAHAGIA” !



Bahagia rasanya hati ini, ketika pada tanggal 25 Juni 1997, kami berada di lokasi Bukit Bahagia, bukit belakang reruntuhan kota Kapernaum, tepi danau Galilea. Kapel yang dibangun untuk mengabadikan tempat Yesus mengucapkan 8 sabda bahagia berdiri mungil di bukit itu. Di setiap jendelanya tertulis masing-masing satu sabda bahagia. Saking banyaknya wisatawan dari manca negara hari itu kami tidak bisa merayakan di dalam kapel itu, tetapi di luar kapel dengan view yang indah kea rah danau Galilea. Saat itu saya membayangkan bagaimana Yesus dikerumuni murid-murid dan banyak orang lain lalu mengajar mereka tentang bahagia.

Mereka yang disapa bahagia itu adalah: orang miskin, yang berdukacita, yang lemah lembut, yang lapar dan haus akan kebenaran, mereka yang murah hati, suci hati, yang selalu membawa damai dan juga mereka yang dianiaya karena kebenaran (Mat 5:1-12a). Mereka ini tampaknya mewakili semua orang Israel yang pada masa itu mengalami penindasan orang Roma. Kelompok manusia tak berdaya ini memang tak berdaya menghadapi penjajah yang sangat represif yang telah bekerja sama dengan golongan menengah ke atas dari bangsa Israel sendiri. Mereka kehilangan pegangan, kehabisan doa pada Tuhan yang membiarkan itu terjadi, mungkin hampir kehilangan iman dan harapan pada Yahwe yang  orang yang berbahagia, karena sesungguhnya saat itu mereka berhadapan dengan Mesias, dengan seseorang yang tidak mereka kenal tetapi yang menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia. Dengan mengatakan bahagia, Allah, yang menjelma dalam diri Yesus, kini datang menyatakan sikap empatinya pada semua orang yang menderita dan tak berdaya namun masih hidup dalam pengharapan akan sesuatu yang lebih baik bagi Israel. Meski mereka miskin secara rohani dan jasmani, miskin akan kebenaran dan keadilan, toh mereka bisa berhadapan dengan Tuhan/Mesias yang dijanjikan Allah kepada para nabi dan nenek moyang mereka. Merasa bahagia dekat pada Tuhan jauh lebih besar dampak kegembiraannya daripada merasa bahagia karena banyaknya harta dan kekayaan duniawi.

Karena itu nabi Zefanya dalam bacaan pertama mengatakan: “Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN” (Zef 2:3). Kekayaan orang yang tinggal dalam kerendahan hati jauh lebih besar kuasanya dari pada kekayaan dari orang-orang yang selalu menyombongkan diri di hadapan Allah. Menurut St. Paulus: “barangsiapa ingin bermegah, hendaklah ia bermegah dalam Tuhan, sebab pada Tuhan kita mendapatkan bisa menemukan segala hal yang kita perlukan bagi hidup sekarang dan akan datang hingga masuk hidup abadi. Alhasil kita lihat gaya Yesus dalam pastoralnya. Ia selalu mendekatkan diri pada orang-orang yang menderita, orang berdosa, orang cacat, orang-orang yang disingkirkan. Dalam istilah modern sekarang ini Yesus selalu option for the poor. Dengan cara pendekatan ini, Yesus ingin mengangkat martabat orang-orang ini agar selalu merasa bahagia dalam hidup, bukannya tertekan dan terpinggirkan.

Adhitz Ads