Pada
jalan-jalan tol luar kota menuju kota yang lain setiap sekian kilometer selalu
tersedia tempat perhentian untuk kebutuhan istirahat, belanja makanan ringan
dan pengisian bahan bakar kendaraan. Sesudah perjalanan yang jauh dan
melelahkan semua orang butuh waktu untuk mengaso sebentar. Suasana itu selalu
menyenangkan.
Penulis
Kitab Ibrani (bacaan pertama) mengingatkan pembacanya bahwa janji tentang
tempat istirahat Allah itu masih berlaku hingga sekarang bahkan selamanya. Latarbelakang
pemikiran penulis adalah: dunia tempat kita berdiam ini ibarat sebuah
perjalanan seperti bangsa Israel yang berjalan di padang gurun menuju tanah
terjanji. Dalam perjalanan padang gurun itu bangsa ini seringkali menikmati
tempat-tempat istirahat yang bagus yang mereka tafsir sebagai “tempat perhentian
yang disediakan Tuhan” bagi mereka, hingga pada akhirnya mereka tiba di tanah
terjanji. Akan tetapi banyak orang gagal menikmati tempat istirahat itu dan
juga tidak mencapai tanah terjanji karena sikap mereka yang tegar hati, tidak
mau mendengar suara – nasihat Tuhan.
Oleh
karena itu pada zaman perjanjian baru ini penulis Kitab Ibrani itu mengingatkan
kita agar waspada supaya tak satupun dari kita yang ketinggalan dengan resiko
tidak dapat menikmati tempat perhentian Allah itu. Satu saja syaratnya:
dengarkan suara tuntunan Tuhan dan jangan bertegar hati.
Pada
suatu ketika Yesus sedang menikmati istirahat di sebuah rumah. Mendengar itu
banyak orang datang berkerumun hendak melihat dan mendegar pengajaran-Nya
hingga tak ada tempat lagi di dalam maupun di luar rumah itu. Di desa itu ada
seorang lumpuh yang rindu berjumpa dengan-Nya dan ingin disembuhkan. Sanak keluarganya
menghantar dia ke rumah, tempat Yesus mengajar. Saking banyaknya orang mereka
tidak bisa masuk. Namun mereka tidak kehilangan akal, mereka menerobos masuk ke
dalam rumah itu dengan membongkar atap rumah lalu menurunkan si lumpuh tepat di
depan, di mana Yesus duduk. Si lumpuh ini amat senang karena ia bisa mencapai
tempat perhentian Allah, yang ditandai oleh kehadiran oleh Yesus.
Ketika
Yesus memperhatikan si lumpuh ini, Ia langsung berkata: dosamu telah diampuni! Itu
berarti ia lumpuh akibat dosa, maka sebelum disembuhkan dosanya harus diampuni sehingga
rahmat kesembuhan Allah bisa bekerja di dalam dirinya dan menyembuhkannya. Si lumpuh
itu sembuh setelah ia mencapai tempat perhentian Allah, tempat di mana Yesus
hadir untuk mengajar sambil menyembuhkan (Mrk 2:1-12).
Kita
dapat menciptakan tempat perhentian Allah dengan menghadirkan Kristus Sang Juru
Selamat di tengah-tengah kita. Bagaimana caranya? Tidak lain dengan menciptakan
suasana damai dan sukacita dalam keluarga, dalam masyarakat, berkumpul untuk
berdoa secara bergilir dari rumah ke rumah sambil makan – minum bersama,
menghadiri katakese umat, misa kelompok, hadir dalam rekoleksi atau juga
retret. Suasana-suasana rohani ini selalu menjadi tempat istirahat yang
menyenangkan sebab di mana dua atau tiga berkumpul atas nama-Ku, Aku hadir di
tengah-tengah mereka. Di mana Allah hadir di situ ada cinta kasih atau
sebaliknya di mana ada cinta kasih di situ Allah hadir.