Tak
sedikit orang yang percaya, entah dari para pengikut-Nya sendiri maupun saudara-saudari
dari berbagai agama lain yang memberi kesaksian tentang penyembuhan yang mereka
alami, ketika mereka memohon pertolongan pada-Nya. Yesus tidak memandang suku,
agama dan ras, sebab Ia datang untuk menyelamatkan yang hilang dan menyembuhkan
yang sakit. Siapa saja. Ia ibarat para dokter yang mau menolong siapa saja yang
sakit.
Yang
menyebabkan karya Yesus sangat menarik perhatian banyak orang bukan saja karena
pengajaran-Nya yang menyentuh hati tetapi justru karena karya-karya penyembuhan
serta kuasa-Nya untuk mengusir setan-setan. Semua orang yang datang kepada-Nya
disembuhkan dari segala penyakit dan kelemahan serta dibebaskan dari kuasa roh
jahat. Kemana saja Ia pergi, banyak orang berbondong-bondong mengikuti-Nya.
Andaikan Ia hidup pada zaman ini, Ia akan diundang kemana-mana untuk mengajar
sambil menyembuhkan. Akan tetapi wakaupun Ia tidak hidup seperti terjadi
sebelum kenaikan-Nya ke surga, Ia tetap Allah yang hidup, sebab Yesus itu tetap
sama, dahulu, sekarang dan juga pada masa yang akan datang; sebab Ia juga
pernah berkata: Aku menyertai kamu sampai akhir dunia. Atau “Barangsiapa makan
tubuh-Ku dan minum darah-Ku, Aku hidup dalam dia dan Dia hidup dalam Aku”. Yesus
hidup dalam diri para pengikut-Nya, dalam diri para hierarkhi dan semua orang
yang percaya kepada-Nya.
Kebenaran
ini bukan lahir dari ilusi para murid-Nya sendiri, tetapi kebenaran yang sudah
dinubuatkan oleh para nabi. Nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini
mengatakan: “Bangsa yang berjalan di
dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri
kekelaman, atasnya terang telah bersinar. Engkau telah menimbulkan banyak
sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu,
seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu
membagi-bagi jarahan. Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya
serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan” (Yes 9:1-3). Kehadiran Yesus
Kristus dengan karya-Nya yang ajaib itu sungguh menjadi terang dan kekuatan
bagi bangsa-Nya untuk bertahan dalam keyakinan bahwa Allah selalu menyertai,
Allah setia pada janji-Nya, dan Allah itu mahabelaskasih, dst. Menyaksikan apa
yang dilakukan Yesus pantaslah mereka bersukacita dan bersorak sorai, bagaikan
terlepas dari gandar dan tongkat para penjajah yang menekan hidup mereka selama
ini bahkan yang saat itu sedang berlangsung di bawah penjajahan Roma. Akan tetapi
kehadiran Yesus membuat mereka lupa akan semua penderitaan yang disebabkan oleh
penjajahan itu.
Hingga
dewasa ini Tuhan tetap berkarya melalui Gereja dan umat-Nya yang kudus. Karya pewartaan
serta mujizat penyembuhan semakin nyata dalam gerakan pembaharuan Gereja, sebab
para anggota Gereja yang telah dibaharui imannya mulai kembali menghayati cara
hidup jemaat perdana yang menekankan pentingnya persaudaraan, persekutuan dalam
doa dan sabda, saling membantu dalam suka dan duka, seperti yang diharapkan
oleh St. Paulus atas jemaat Korintus dalam bacaam kedua hari ini. “Aku menasihatkan kamu, saudara-saudara,
demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada
perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan
sehati sepikir (1 Kor 1:10). Di mana ada cinta kasih persaudaraan di situ
ada Tuhan, di mana ada Tuhan di situ akan ada mujizat. Di mana ada mujizat di
situ ada semangat untuk memuji dan bersaksi. Di mana ada pujian dan kesaksian
di situ bertumbuh buah-buah roh yang hidup. Amin