Ketika
menulis renungan ini saya teringat akan riwayat St. Yohanes M Vianney, pastor
dari Ars – Perancis. Dalam riwayat itu ia diceritakan sebagai pastor yang saleh
sejak masih menjadi calon imam. Dia tekun berdoa dan membaca buku-buku rohani,
meskipun secara intelektual ia tidak lulus ujian komprehensif. Walau begitu toh
Uskupnya menahbiskan dia lalu kemudian menjadi pastor pembantu dan seterusnya
menjadi pastor di Ars. Kota Ars saat itu sangat terpuruk karena masyarakatnya
hidup dalam banyak dosa. Para pastor terdahulu angkat tangan dan menyatakan
tidak sanggup, karena itu di saat memulai tugasnya sebagai pastor paroki di
situ ia menghabiskan banyak waktunya untuk berdoa di depan sakramen mahakudus.
Doanya
membuat pintu surga terbuka lebar-lebar. Kotbah-kotbahnya menarik dan
menggerakkan hati banyak umat bertobat dan mau mengaku dosa, hingga ia duduk 6 –
10 jam duduk mendengarkan pengakuan setiap hari. Penduduk kota yang tadinya bermoral
jelek berubah menjadi umat yang giat dalam hidup menggereja. Pastor Yohanes M
Vianney tidak bekerja sendiri, ia dibantu oleh Roh Kebenaran, yakni Roh Kudus.
Roh Kudus, Roh Kebenaran telah mengajarkan semua kebenaran Ilahi kepadanya dalam
bentuk karunia-karunia pelayanan sebagaimana dialami oleh para rasul pada permulaan
zaman Geraja perdana. Doa pastor Vianney memberi ruang gerak yang besar kepada
karya Roh Kudus, sehingga Roh Kebenaran ini bekerja dengan leluasa untuk
menobatkan umat di kota Ars. Roh Kudus juga menghidupkan pelayanan pastor
Vianney sehingga kebijaksanaan dan kebajikannya mengalir deras membasahi hati
hati umat beriman untuk bertobat.
Bacaan
pertama hari ini mengatakan: “Rohlah
yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran” (1 Yoh 5:6). Pernyataan ini menegaskan kembali
ucapan Tuhan Yesus sendiri yang ditulis Yohanes dalam Injilnya: “Apabila
Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi
segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan
memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab
Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala
sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan
memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku." (Yoh
16:13-15). Semua janji ini telah terpenuhi dalam sejarah Gereja dan dialami baik
oleh para rasul, para kudus, para hirarkhi maupun oleh segenap umat Allah yang
hidupnya selaras dengan kehendak Tuhan. Jiwa Gereja adalah Roh Kebenaran.
Ketika
Roh Kebenaran itu turun atas Yesus dalam bentuk burung merpati, saat Ia
dibaptis di sungai Yordan. Saat itu juga terdengarlah suara dari langit yang
bersabda: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Mulah Aku berkenan” (Mrk 1:7-11). Peran Roh Kudus atau Roh Kebenaran
sangat vital dan sentral dalam Gereja. Tanpa Roh Kudus, seluruh umat Allah,
mulai dari tingkat hirarkhi hingga jemaat seluruhnya tak akan mungkin mengenal
kebenaran, juga tak akan mungkin taat kepada kehendak Allah atau tak akan
mungkin hidup dalam persatuan dan kasih persaudaraan. Roh Kudus adalah Roh yang
mengajarkan segala kebenaran. Hanya dalam persatuan dengan-Nya kita dapat mengetahui
segala kebenaran dari Tuhan dan yang diwariskan dalam Gereja Katolik yang kudus
dan apostolik ini.