Para nenek moyang kita merasa sangat terbeban bila
mereka berbuat dosa, karena sesudah mereka melakukannya mereka harus berpikir
bagaimana caranya mereka menebus dosa-dosa itu. Menurut adat kebiasaan setiap
bangsa, semakin besar dosa semakin besar pula binatang tebusan yang harus
dicari dan dipersembahkan kepada dewa dewi atau sang khaliknya. Selain itu
masih ada tuntutan lain menjelang dijalankannya upacara pemulihan itu termasuk
sesudahnya. Jika dihitung secara ekonomis amat banyak kerugian materil yang
harus dibiayai oleh para pelaku (baca: orang-orang yang sudah melakukan
kejahatan – kesalahan). Yang membuat hati dan pikiran mereka lebih terbeban
lagi bila upacara pemulihan itu mungkin dinyatakan tidak berkenan di hadapan
dewa atau dewi yang mereka sembah, sebab baru pada saat upacara berlangsung
pemimpin upacara akan membaca garis-garis syaraf dari “hati binatang kurban”.
Kalau tidak diterima maka harus dilakukan upcara lain lagi untuk melengkapi
yang kurang dari persembahan yang sudah ada.
Tuhan tidak mau umat-Nya hidup dalam kecemasan dan
ketakutan terus menerus. Pada saatnya Ia pun memenuhi janji penebusan yang
disediakan-Nya sendiri. Suatu kurban yang lebih besar, yang syah dan tak
bernoda yang berasal dari surga. Janji yang disampaikan nabi Yesaya kepada raja
Ahas telah dirancang dan akan dipenuhi-Nya: “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan
seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes
7:10-14;8:10)
Pada zaman pemerintahan kaisar Agustus di Roma,
seorang perawan yang bernama Maria, asal kota Nasareth dipilih dan dipanggil untuk menerima
tugas itu. Malaikat yang datang kepada Maria mengatakan: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di
hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang
anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar
dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan
kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum
keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan
berkesudahan." (Luk 1:26-38).
Nubuat Yesaya kepada raja Ahas dan berita malaikat
kepada Maria oleh para rasul disebut Kabar
Sukacita. Sebab Tuhan bukan hanya berjanji untuk menebus umat-Nya tetapi kini
sudah tiba saatnya Dia memenuhi janji-Nya itu, setelah berabad-abad para nenek
moyang bangsa Israel menanti-nantikannya. Semua karya Yesus sempurna dari lahir
hingga wafat dan bangkit-Nya, karena itu penulis Kitab Ibrani pun bersaksi: "Korban dan persembahan, korban
bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak
berkenan kepadanya", meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat. Dan
kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu."
Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya
inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan
tubuh Yesus Kristus” (Ibr 10:4-10).
Kurban Ilahi ini mahakudus, tak bercela, sebab berasal
dari surga. Tak ada keraguan sedikit pun bahwa kurban Ilahi ini tidak berkenan
kepada Allah, sebab segalanya telah berproses secara sempurna dalam Yesus,
jalan kebenaran, kesempurnaan dan hidup. Dia hanya sekali dikurbankan dan berlaku
untuk selama-lamanya. Inilah kurban perjanjian baru kita, yang telah
dimeterainya dalam ekaristi dan yang memberi kita jaminan memiliki jalan masuk
kepada kebahagiaan, keselamatan dan kepenuhan hidup.