Di kota Medan,
ada sebuah Gereja yang sangat antik dari segi artistiknya dengan gaya dan “Sentuhan Hindu”. Atap berundak dengan
warna dominan biru tampaknya mirip dengan kuil umat Hindu di India. Tetapi jika
diperhatikan secara teliti, di bagian atapnya terlihat simbol salib. Bangunan unik
ini berfungsi sebagai Gereja bagi umat katolik keturunan Tamil India di Medan
dan dikenal dengan nama Gereja Annai Velangkani.
Yang berkesan
bagi saya dalam kunjungan tahun 2007, bukan hanya bangunan luarnya yang cantik
itu, tetapi juga seluruh bagian dalamnya yang sangat indah serta mata air yang timbul
di belakang gereja. Sejak munculnya mata air ini telah diyakini sebagai air
suci yang dapat dipakai untuk pelbagai keperluan umat, terutama untuk
penyembuhan pelbagai macam penyakit.
Bacaan pertama
hari ini melukiskan pengalaman rohani nabi Yehezkiel tentang munculnya mata air
dari dalam Bait Suci, di sebelah selatan mezbah. Air itu mengalir menuju timur,
makin jauh dia mengalir ia membentuk sungai yang makin dalam dan menghidupkan
segala pepohonan di pinggir kiri kanannya. Pohon-pohon itu menghasilkan
buah-buah lebat. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat (Yeh
47:1-9.12). Pengalaman rohani nabi ini menggambarkan bahwa Tuhan tetap setia menghidupkan umat-Nya yang haus akan berkatNya,
haus akan kasih karunia-Nya serta sentuhan rahmat-Nya. Sebab sudah
bertahun-tahun mereka hidup dalam kekeringan rohani akibat penindasan yang
mereka alami di tempat pembuangan. Tuhan ingin memulihkan hidup umat-Nya dan
ingin memeliharanya dalam kasih yang tak akan berkesudahan.
Pengalaman rohani
nabi Yesaya ternyata dirasakan secara nyata oleh seorang yang sudah 38 tahun
menderita sakit, dekat kolam Bethesda. Orang sakit ini termasuk salah seorang
dari antara begitu banyak orang sakit yang menantikan mujizat kolam Bethesda. Mujizat
penyembuhan terjadi bila air kolam itu bergoncang sebagai pratanda datangnya
malaikat yang menyentuhnya. Barangsiapa cepat dan turun pertama ke dalam kolam
sesudah melihat goncangan itu, ia akan sembuh. Si sakit yang sudah 38 tahun menderita
ini selalu tidak mendapat kesempatan pertama turun ke kolam, karena orang lain
selalu mendahuluinya, meskipun ia sungguh-sungguh merindukan kesembuhannya. Akan
tetapi kerinduan itu akhirnya terpenuhi, ketika Yesus, sumber air kehidupan,
datang menjumpainya dan menawarkan rahmat kesembuhan kepadanya. “Maukah engkau
sembuh”. Pada saat ia masih menceritakan kendalanya, Yesus berkata kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah”.
Pada saat itu juga si lumpuh bangun dan berjalan (Yoh 5:1-16) Yesus adalah
sumber air hidup dan pemilik air kehidupan. Dia sendirilah juga Kepala Bait
Suci dan yang mengalirkan rahmat kehidupan, kekuatan, kesembuhan, keselamatan
kepada setiap orang yang percaya kepada Allah. Kehadiran Yesus yang tak terduga
di tempat itu, tetapi yang tak dikenal oleh si penderita itu, sungguh menjadi jawaban
atas kerinduan hati dan doa-doanya.
Di dalam bait Allah
(baca: Gereja) para imam selalu merayakan kurban ekaristi, kurban keselamatan,
kurban yang menyediakan air kehidupan Ilahi bagi segenap umat Allah. Dari
mezbah kurban Kristus ini mengalirlah air kehidupan bagi seluruh umat Allah,
bukan saja bagi orang yang sehat tetapi juga bagi semua orang yang menderita
penyakit rohani dan jasmani. Dalam buku yang berjudul: Ekaristi, sumber
penyembuhan, pastor Robert de Grandis, menulis kesaksian imannya akan
penyembuhan rohani dan jasmani dalam ekaristi. Seluruh sakramen itu dari awal
hingga akhir mengandung segala macam rahmat bukan saja untuk menguatkan dan
menguduskan tetapi juga rahmat untuk menyembuhkan. Ekaristi adalah air kehidupan
yang mengalir dari bait-Nya.
.