Ibu
Romana menangis meraung-raung di depan jenasah anak gadisnya yang baru berusia
17 tahun. Anak gadisnya itu, Lusia, meninggal dunia karena kanker paru-paru
yang menimpanya. Ia menangis sambil menuduh: Allah bertindak tidak tepat dan
tidak adil terhadap dia dan suaminya. Lusia, anak putri satu-satunya, cantik
dan pintar mengakhiri hidupnya dalam situasi yang menyedihkan, tidak dapat
ditolong karena tinggal jauh dari Rumah Sakit dan para dokter. Pertolongan baru
datang di saat terakhir ketika penderitaannya sudah sangat parah tetapi tidak
dapat dirujuk lagi.
Memang,
dalam hidup ini banyak sekali peristiwa yang terjadi di luar batas kemampuan
pemahaman manusia, lebih lagi kalau kita menghadapi peristiwa seperti kasus di
atas, kasus bencana alam, kecelakaan, penyakit yang tak terobati dan tak bisa
disembuhkan, dll. Ada banyak pertanyaan yang akan muncul dalam benak kita dan
kita bertanya dalam sesal: mengapa Tuhan tidak menolong, tidak menyembuhkan,
mengapa Dia membiarkan terjadi, mengapa harus kami, apakah dosa dan salah kami?
Semua pertanyaan ini sungguh memojokkan Tuhan seolah-olah Dia berada dalam
posisi yang salah dan betul-betul tidak adil. Sebab jika dibandingkan dengan kenyataan
lain, sering terlihat bahwa orang-orang yang
tampaknya jahat atau tindakan mereka selalu menyakitkan hati dibiarkan hidup
bebas dalam kesenangan dosa mereka. Mengapa mereka tidak dihukum?
Nabi
Yehezkiel memberi jawaban: Tuhan itu maharahim, Dia membiarkan orang fasik
hidup sampai mereka bertobat agar mereka diselamatkan. Orang-orang baik
dibiarkan menderita dan mengakhiri hidupnya sedemikian cepat supaya mereka
tidak jatuh ke dalam dosa (Yeh 18:21-28). Penderitaan orang-orang baik terjadi
sebagai pepulih bagi dosanya sendiri, dosa keluarga, dosa orang lain, dosa
Gereja, dst. Dalam peristiwa yang sukar dipahami ini, Allah membiarkan misteri
kehidupan itu terjadi, agar manusia selalu berusaha mencari Dia dan bertekun
dalam kepasrahan, iman dan harapan akan pertolongan-Nya.
Tuhan
membiarkan para murid-Nya memiliki iman yang lebih dalam, lebih sukar untuk
menjadi lebih baik, dalam suka maupun duka, mampu memahami semua peristiwa hidup
seturut penyelenggaraan-Nya. Tuhan menghendaki agar para murid-Nya dapat
mewujudkan imannya sedemikian rupa, agar selalu menjadi lebih baik dari
orang-orang fasik walaupun mungkin berat. Misalnya, berusaha menghindari marah dan berkata jahil
atau kafir kepada sesama, berusaha untuk selalu menunjukkan semangat suka damai
dengan siapa pun, sebab belaskasih Allah tak terbatas, sering tak masuk akal
(bdk Mat 5:20-26), karena memang pikiran dan rancangan Tuhan amat mulia, lebi
tinggi dari langit, lebih dalam dari samudera. Tetapi satu kebenaran ini yang selalu
pasti ada pada-Nya yaitu, tujuan penyelenggaraan-Nya itu selalu MENYELAMATKAN !
Maka
bukanlah tindakan Tuhan yang tidak tepat tetapi mungkin kesadaran iman dan pemahaman
kitalah yang dangkal. Karena itu jalani saja kehidupan ini tanpa ragu pada
cinta-Nya, sebab cinta Allah itu akan selalu menguatkan kita untuk berkata dan
bersaksi: Tuhan aku mau berjalan di jalanmu dan jadilah kehendak-Mu. Amin