Kitab Hukum Kanonik Gereja
Katolik 1249 – 1253 menulis beberapa kewajiban bagaimana umat katolik secara
bersama dan pribadi melaksanakan ibadat puasanya. Pedoman yang berisi kewajiban
ini bertujuan menuntun kita untuk melaksanakan ibadat puasa dengan baik,
membantu kita agar bisa masuk ke dalam diri sendiri, menilai diri apakah hidup
kita masih berkenan pada Tuhan atau tidak, dan apakah kita sudah banyak berbuat
baik kepada sesama ataukah belum. Puasa 40
hari ini kita diajak agar memberi waktu lebih banyak untuk merenungkan kebesaran
cinta Tuhan bagi umat-Nya, agar kita berusaha menata hidup dengan baik.
Nabi Yesaya dalam bacaan pertama
hari ini dengan keras mengeritik cara puasa umat Israel yang masih sibuk dengan
kerja dan kerja sambil mendesak para buruh untuk melakukan kewajiban kerjanya. Para
buruh dipaksa untuk bekerja dengan cara
kekerasan dan kelaliman, dengan marah dan berbantah, dengan memukul dan berkelahi
dst. Ini cara puasa yang sungguh tidak berkenan di hati Tuhan. Puasa yang
dikehendaki Tuhan adalah berusaha merendahkan diri, membuka belenggu kekerasan,
melepaskan tali-tali kuk, berbagi menolong yang lapar dan menderita,
dst....(bdk Yes 58:1-9). Sabda Tuhan melalui Yesaya ini tidak lain bertujuan mendorong
kita untuk kembali menata hati agar setiap hari kita dapat berlaku baik dalam kata
dan perbuatan, yang menyenangkan Tuhan dan sesama manusia.
Sekali waktu murid-murid
Yohanes Pembaptis menjumpai Yesus dan bertanya, mengapa kami berpuasa dan
murid-Mu tidak? Jawaban Yesus amat diplomatis. Ia mengumpamakan diri-Nya
sebagai pengantin dan para murid-Nya adalah sahabat pengantin. Kehadiran Tuhan,
sebagai pengantin dalam diri-Nya adalah kehadiran yang memerdekakan, yang
membawa setiap orang boleh menikmati pesta damai, cinta dan kebahagiaan. Selama
kebahagiaan itu dirayakan para murid tak perlu berpuasa, sebab akan waktunya
bagi mereka untuk berpuasa. Selama Yesus hadir di tengah bangsa-Nya, Ia ingin
membagi kebahagiaan kepada siapa saja yang datang kepada-Nya dan mendengarkan
Dia (Mat 9:14-15).
Bangsa ini sesungguhnya bangsa
yang lapar akan kebenaran, haus akan keadilan dan sedang mencari identitas
diri, bagaimana menjadi bangsa terpilih yang berkenan kepada Allah, supaya
segala mereka boleh bebas dari pelbagai belenggu kelaliman penjajah Romawi. Dalam
pengajaran dan mujizat-mujizatNya, Yesus menunjukkan kepada mereka betapa Allah
Abraham, Ishaak dan Yakub adalah Allah yang tidak pernah melupakan umat
pilihan-Nya. Inilah puasa yang dilakukan Yesus, yaitu mengingatkan umat pilihan
ini akan kesetiaan Allah kepada mereka. Dalam karya-Nya, Yesus terus menerus
menunjukkan kebaikan Allah bagi umat-Nya. Yesus dan para murid berpuasa dengan
cara berbagi cerita tentang Tuhan, berbagi kasih melalui mujizat-mujizat
penyembuhan, pengampunan dan pembebasan-Nya.
Kiranya selama puasa 40 hari
ini kita pun bisa berbagi cerita tentang kebaikan Tuhan melalui tutur kata dan
sikap hidup kita yang baik dan juga melalui tindakan nyata menolong sesama yang
menderita dengan berbagi kasih.