Om
Ben dilahirkan dalam keluarga sederhana dan ia satu-satunya laki-laki dari 4 bersaudara.
Ia sakit-sakitan karena lahir pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Keadaan
ekonomi masa itu sangat buruk. Melihat keadaan itu seorang pastor asal Belanda
meminta orangtua om Ben supaya Ben tinggal dengannya, agar bisa dirawat dan
membantu pastor bersangkutan jika sudah sehat. Orang tua om Ben menyetujui
permintaan pastor berangkutan. Om Ben tinggal pada pastor, kesehatannya yang
buruk dirawat selama setahun. Sesudah itu om Ben sehat dan membantu pastor
tersebut. Selama bekerja dengan beberapa pastor di paroki itu om Ben bekerja
dengan setia dan jujur. Tugas-tugas sebagai koster, pemasak, serta berjalan
patroli bersama para pastor dilakukannya dengan baik. Prinsip kerja om Ben:
jujur, setia, banyak doa dan rajin. Karenanya ia mendapat berkat dalam
hidupnya, punya istri, anak-anak dan kini punya banyak cucu. Usia om Ben kini
90 tahun lebih. Nasihatnya bagi anak-anak dan cucu-cucunya adalah jujur, setia
dan rajin bekerja serta jangan lupa berdoa.
Prinsip
kerja ini dipegang teguh om Ben sebagai Taurat utama dalam hidupnya sebagai
orang katolik. Dalam ekaristi ia selalu mendengar empat keutamaan ini yang
terus menerus disampaikan pastor-pastor dalam kotbah mereka, baik di pusat
paroki maupun di stasi-stasi. Musa menasihati umat Israel agar taat, setia dan
jujur dalam melaksanakan hukum-hukum Tuhan, agar hidup mereka diberkati. “Hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan
peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan
memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek
moyangmu. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi
kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar
segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang
bijaksana dan berakal budi” (bdk Ul 4:1.5-9). Prinsip ini hendaknya
dipegang teguh hingga anak cucu dan seterusnya secara turun temurun. Menjadi bangsa
yang besar harus dipelihara dalam berkat Tuhan melalui ketaatan dan kesetiaan
kepada-Nya.
Tuhan
Yesus dalam pengajaran-Nya menekankan kembali pentingnya ketaatan kepada hukum
Taurat, sebab hukum itu telah membentuk nenek moyang mereka menjadi bangsa yang
takut, taat dan setia kepada Yahwe. Musa dapat membebaskan bangsa Israel keluar
dari Mesir karena taat dan setia pada sabda Allah yang memanggilnya. Ia dapat
memimpin umat selama mengembara di padang gurun juga karena taat pada perintah Allah.
Musa sendiri telah menyaksikan bagaimana kalau umatnya tidak taat. Karena itu
Tuhan Yesus juga menuntut ketaatan yang sama pada para pengikut-Nya hingga
hukum baru dibentuk dalam Gereja-Nya (tafsiran dari kalimat: sebelum semuanya terjadi).
Hukum
baru Tuhan Yesus dalam Gereja-Nya adalah hukum yang membebaskan atas dasar
kasih dan pengorbanan-Nya. Meski tak ada lagi korban bakaran dan korban darah binatang,
namun Tuhan tetap meminta para pengikut-Nya agar prinsip utama dalam menegakkan
hukum Tuhan hendaknya tetap dipertahankan hingga turun temurun.