Suatu ketika pastor Yohanes
don Bosko dipanggil oleh salah seorang anggota keluarga dari seorang kaya di
kotanya. Orang kaya itu sakit berat dan meminta pastor bersangkutan untuk
memberinya sakramen minyak suci, karena ia merasa diri sebentar lagi akan
menghadapi ajalnya. Sementara itu minggu sebelumnya pastor Yohanes don Bosco
ini sedang galau dalam doa karena tidak bisa melanjutkan pekerjaan kapel Maria-nya
akibat kekurangan dana. Pada saat ia dipanggil untuk melayani pemberian
sakramen orang sakit itu, ia berdoa dalam hatinya agar orang kaya itu mendapat
mujizat penyembuhan.
Setelah memberikan sakramen
minyak suci kepada orang kaya itu, pastor Yohanes don Bosco mengatakan: “Bapak
tidak akan mati, besok sudah bisa bangun dan berjalan”. Orang kaya itu menantang
pastor Yohanes dan bertanya: “bagaimana kalau saya mati?”. Pastor itu tidak
menjawab bahkan sebaliknya bertanya: “bagaimana kalau bapak tidak mati”? Setelah
tiga empat kali keduanya bolak balik bertanya seperti itu, akhirnya orang kaya
itu menjawab: “Kalau saya tidak mati, saya akan datang sendiri kepadamu dan
membawa sumbangan untuk menyelesaikan pembangunan kapel Bunda Maria!”. Mendengar
pernyataan itu pastor Yohanes don Bosco langsung mengatakan: “besok saya tunggu
bapak di biara!” lalu pulang.
Keesokan paginya orang kaya itu
bangun dengan segar bugar seperti tidak mengalami sakit sedikitpun. Sebelum makan
siang, ia memenuhi janjinya kepada pastor Yohanes don Bosco, ia pergi ke biara sambil
membawa sumbangannya. Dalam hati dia bersyukur bahwa Tuhan masih memberinya
kesempatan untuk hidup, padahal dokternya sudah mengatakan bahwa harapan hidup
baginya hanya tinggal 15%. Pada masa itu obat-obat kedokteran serta
perlengkapan di rumah-rumah sakit memang belum memadai seperti pada zaman ini. Kalau
seseorang mengalami sakit TBC seperti orang kaya itu, pasti saja orang itu akan
mati.
Anak dari seorang pegawai istana
di Kapernaum mengalami sakit berat dan sedang mengalami sakratmaut. Ia bingung dan tidak tahu harus
berbuat apa. Ketika dia mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan dari
Yudea menuju Galilea, ia segera mengendarai kudanya dan pergi menjumpai Yesus.
Ia ingin mengundang Yesus datang ke rumahnya di Kapernaum. Setelah iman pegawai
istana ini ditantang Yesus, ia memohon dengan penuh iman agar Yesus segera datang
ke rumahnya, sebab anaknya hampir mati. Mendengar permintaan penuh iman itu
Yesus berkata kepadanya: Pergilah,
anakmu hidup! Pegawai istana itu pulang dan menyaksikan mujizat penyembuhan
sudah terjadi atas anaknya dan menurut laporan hamba-hambanya kesembuhan sudah
terjadi kemarin. Pegawai itu teringat bahwa pada jam itu Tuhan Yesus berkata
kepadanya: pergilah anakmu sembuh! Iman perwira itu luar biasa. Kuasa Yesus
juga luar biasa, semuanya bekerja melampaui waktu dan jarak. Perjumpaan itu
menjadi pertemuan iman yang menghasilkan mujizat (bdk Yoh 4:43-54)
Nabi Yesaya dalam bacaan pertama
bernubuat bahwa pada waktunya tidak akan terjadi lagi tangisan dan bunyi erang
di Yerusalem, sebab Yahwe akan menciptakan Yerusalem yang baru, penuh sorak
sorai dan kegirangan. Umat Allah akan menyaksikan orang-orang yang lanjut usia
dan pertanian yang subur. Nubuat ini kemudian terpenuhi pada zaman kedatangan Mesias,
yaitu Yesus Kristus, sebab kehadiran-Nya telah menimbulkan banyak sorak sorai di
antara umat sebangsa-Nya, baik oleh sabda penghiburan-Nya maupun oleh pelbagai
mujizat yang dikerjakan oleh-Nya (Yes 65:17-21).
Iman dan harapan kita tidak akan
pernah menjadi sia-sia, jika kita hidup teguh di dalam keyakinan bahwa Tuhan
mengasihi kita dan siap mendengarkan setiap permohonan kita kepada-Nya, dalam
keadaan baik atau pun tidak. Sebab Allah itu setia pada janji-Nya dan selalu
berbelaskasih pada umat-Nya. Semua itu telah terjadi secara sempurna ketika
Yesus Kristus rela menjalani karya penebusan-Nya, dengan rela menderita dan
disalibkan demi seluruh bangsa manusia.