Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Rabu, Maret 01, 2017

KEMBALI KEPADA DEBU ! (Rabu Abu)



Kata ABU beberapa kali muncul bersamaan dengan kata DEBU. Dua kata ini berasal dari akar kata yang sama APAR = DEBU dan IPER = ABU. Debu adalah partikel terkecil pada zaman itu, sebelum ditemukan atom. Sifat debu: tidak ada artinya, kotor, tak berguna, tetapi bisa dilihat. Sedangkan abu mengacu pada kemusnahan dari ada menjadi tiada, sia-sia dan tak punya artinya lagi. Tetapi debu dan abu adalah benda yang mempunyai derajat paling rendah di antara semua benda lainnya. Dalam Kitab pertama Samuel bab 2 ayat 8: abu dan debu adalah tempat tinggal orang miskin dan orang lemah.

Dalam beberapa buku perjanjian lama abu dan debu dipakai sebagai ritual untuk pertobatan, misalnya dalam Ayub 42:6; Yeh 27:30; Yun 3:6. Mengapa pada hari Rabu Abu, dalam mengawali masa tobat ini kita menerima abu di dahi kita?

1.      Selama masa tobat 40 hari ini kita ingin melihat siapa diri kita di hadapan Allah. Allah itu Tuhan yang mahamulia, sedangkan kita bukanlah apa-apa, hamba tak berguna, namun dikasihi Allah.
2.      Debu dan abu adalah simbol hancurnya hati dan diri sesudah menyadari betapa dosa itu merusak diri kita menjadi tak berguna di hadapan Tuhan dan sesama. Dalam keadaan dosa kita tidak bisa berpikir jernih, penuh nafsu dan tipu daya, munafik. Dosa membuat kita lupa bahwa kita memerlukan Tuhan dan sesama.
3.      Menjadi debu dan abu artinya kita mau meninggalkan egoisme, kesombongan dan segala hal yang telah merusak ciri khas kita sebagai citra dan anak-anak Allah yang telah ditebus oleh darah Kristus.
4.      Dengan menerima abu dan debu kita diingatkan untuk melihat betapa pentingnya orang lain di sekitar kita. Kita sama-sama berasal dari abu dan debu, karena itu tidak menjadi sombong lalu memandang orang lain lebih rendah dari kita. Kita membutuhkan orang lain dalam hidup ini. Sebagaimana dunia ini terdiri dari kumpulan triliunan debu, demikian pun kita hanya bisa bermakna kalau ada orang lain.
Maka selama masa puasa ini kita perlu mengoyakkan hati, menjadi debu dan abu (rendah hati) kembali ingat akan asal usul kita dan membuang segala keangkuhan hati, rela bertelut dan bertobat di hadapan Tuhan dan memperbaiki sikap hidup kita terhadap sesama (Yoel 2:12-18). Atau kata St. Paulus berilah dirimu untuk berdamai dengan Allah, sebab masa ini Tuhan ingin memperbaiki dan menyelamatkan kita (2 Kor 5:20-6:2).
Akan tetapi kalau hendak berpuasa dan berpantang, lakukanlah itu dengan diam-diam, tekun, dalam semangat kerendahan hati tetapi penuh iman, harapan dan kasih kepada-Nya. Tuhan yang ada di tempat yang tersembunyi akan membalas segala tindakanmu itu (Mat 6:1-6.16-18). Kembalilah hari ini menjadi debu di hadapan-Nya dan sesamamu! Selama masa puasa ini kita menjaga keutuhan hidup rohani dan jasmani kita agar bebas dari luka-luka salah dan dosa. Amin
  

Adhitz Ads